Makalah Pendidikan Modern

Monday, April 7, 2014

print this page
send email

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Materi yang kami ambil untuk buku ini adalah materi yang kami rasa akan lekas dapat diamalkan dan dipergunakan serta disesuaikan dengan keadaan masyarakat Umat Islam Indonesia pada saat ini. Oleh karena itu, kami sengaja memberkan judul “Pedoman Pendidikan Modern”

Jika menegok kebelakang  tahun 1934 pada saat buku ini diterbitkan bangsa Indonesia sedang dalam tekanan penjajahan kaum colonial. Tentu saja pendidikan di tanah air pada masa itu belum menunjukan ciri dan kerakternya yang khas sebagai acuan bagi kemajuan bangsa. Saat itu hanyaada model-model pendidikan yang didirikan oleh pemerintahan colonial dan pendidikan kaum muslmin dalam bentuk pesantren-pesantren tradisional. KH. R. Zainuddin Fananie  berkesempatan mendapat pendidikan dari dua model pendidikan tersebut, yaitu “Islam” dan “Barat”

Bangsa-bangsa yang dikatakan maju pada masa ini,  sebagaimana dituturkan oleh KH. R. Zainuddin Fananie, berlomba-lomba mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Mereka melakukan berbagai cara (taktik) umtuk mewujudkannya. Begitu juga dengan kaum muslimin bangsa Indonesia khususnya, yang bersaman-sama hidup dengan bangsa-bangsa tersebut dalam satu masa dan satu alam.

Menurut KH. R. Zainuddin Fananie, ruang lingkup pengertian pendidikan itu tidak hanya di tangan guru-guru di sekolah atau ibu bapak dirumah, tetapi pendidikan itu mengandung “segala hal yang dapat memengaruhi kebaikan rohani manusia” dari kecil hingga dewasa, bahkan hingga menjadi orang tua sekalipun.

Pengertian pendidikan dan cakupanya teramat luas sehingga kewajibanya merata kesegala tingkatan pendidikan dan pergaulan, tanpa kecuali seperti pendidikan dalam pergaulan di rumah, sekolah, dan lingkungan social atau masyarakat umum.

Bangsa Indonesia dan kaum muslimin pada umumnya telah berkeiginan untuk meraih kemajuan, baik dalam soal dunia maupun akhirat.

KH. R. Zainuddin Fananie, membagi pendidikan menjadi dua, yankni pendidikan jasmani (linchaamelyke opvoeding) dan pendidikan rohani (geesstelijke voedding). Pendidikan jasmani adalah menjaga kesahatan tubuh supaya kuat mengerjakan semua kewajiban. Sedangkan pendidikan rohani dibagi menjadi dua bagian lagi, yaitu pendidikan akal dan pendidikan budi pekerti.

Pendidikan akal bertujuan untuk menajamkan perasaan dalam membedakan berbagai macam perkara, mengatur dan menyusun pandangan-pandangan pengalaman-pengalaman (ondervinding of evearing) segingga dapat menyesuaikan diri dengan pergaulan hidup hingga berguna.

Adapun tujuan pendidika budi pekerti (moral) kejujuran dan kelurusan hati serta memelihara tabiat-tabiat yang akan berguna besar bagi manusia dalam pergaulan hidup (social life).


B. Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan maka yang jadi masalah dalam peringkasan ini adalah sejauh mana nilai pendidikan modern dapat diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan masyarakat.


C. Tujuan
Penulis tentunya mempunyai tujuan sesuai dengan apa yang akan dicapai, demikian pula penulis menyadari bahwa setiap ringkasan yang ditulis bertujuan untuk mempelajari serta mengembangkan pedoman pendidikan modern pada setiap kaum muslimin bangsa Indonesia.


BAB II
ISI BUKU

Bangsa-bangsa yang dikatakan maju berlomba-lomba menyiapkan diri dalam kehidupan dimasa depan dengan membuat alat peperangan berupa gas beracun, bermaca-macam bom dan meriam, dan menyiapkan bala tantara di dara, laut dan udara lengkap dengan cara-cara (taktik) untuk meraih kemenangan dalam peperangan.

Oleh karena itu masalah pendidikan ini menjadi permasalahan penting sepajang masa. Pendidikan adalah tiang bagi kemajuan dan dasar dari setiap langkah (pekerjaan) yang akan ditempuh.

Arti pendidikan memiliki makna yang sangat luas sehinga kewajiban itu merata disegala tingkat umat, tanpa kecuali. Namun, lingkup pendidikan dapat dibagi sesuai dengan susunan masyarakat pada saat ini sebagai berikut:
  1. Pendidikan dirumah
  2. Pendidikan disekolah
  3. Pendidikan dalam pergaulan di masyarakat umum.
Bangsa Indonesia, khususnya kaum muslimin selalu mempuyai keinginan yang tinggi dalam meraih kemajuan di dunia dan di akhirat. Banyak orang yang mengartikan pendidikan sama dengan pengajaran, yang tujuannya hanya ingin memberikan pelajaran atau pengetahuan semata. Tujuan semacam itu belum sepenuhnya benar, minsalnya anak bercita-cita inggi pandai. Kemudian setiap hari anak itu kita beri pengetahuan hingga pandai.

Pengetahuan akan menjadi baik dan berguna jika dipergunakan untuk kebaikan. Pengetahuan hanya dimiliki oleh orang-orang yang terdidik dan memiliki roh kebaikan. Oleh karena itu, kita perlu memperbanyak pengetahuan dan menjadi orang-orang yang terdidik untuk meraih kemaslahat hidup. Itulah dasar-dasar pendidikan islam yang bertujuan memperbaiki pergaulan hidup antara manusia.

Namun ada segolongan manusia yang mengerti tujuan mendidik anak adalah meraih kekayaan. Pendapat ini hanya didasarkan pada anggapan bahwa kebahagiaan di dunia itu indentik dengan kekayaan (materi) samat-mata. Pekerjaan mendidik ialah menolong seseorang untuk menunjukan jalan kebaikan pada anak-anak atau siapa saja agar dapat memilih jalan tersebut dengan sendirinya. Dalam hal ini pendidik akan menunjukan jalan sebaik-baiknya agar menjadi baik disetiap pebuatan, perkataan dan hati.

Oleh karena itu, seharusnya semua pendidikan itu kita tunjukan dasarkan pada kebaikan-kebaikan yang telah ditentukan oleh pengatur alam (Islam) supaya yang kita didik itu menjadi orang yang sangat sopan atau disebut sebagai bangsa yang mulia dan tinggi derajatnya. Namun, ada pula yang memahami “kebaikan” itu dengan menschelijkheid atau atau rasa kemanusiaan dan pengertian-pengertian lain yang sangat dipengaruhi oleh nafsu.


Selain dari tujuan-tujuan tersebut, ada dua macam tujuan yang penting :
  • Individualiteit atau kedirian. Yang dimaksud dalam hal ini adalah supaya setiap manusia menghargai dirinya dan usahanya sendiri dengan tidak berlebihan.
  • Collectiviteit atau rasa bersam. Yang dimaksud dalam hal adalah persamaan disegala hal, semua hak bersama, sama rasa sama rata sehingga setiap diri manusia menjadi hak bersama dan masing-masing menjadi salah satu bagian dari yang lain sehingga setiap manusia akan menghargai hak milik dan jasa bersama.
Metode pendidikan bangsa barat tidak bisa dijadikan patokan dan ukuran bagi perkembagan ilmu pengetahuan di Indonesia. Meskipun demikian, kita boleh saja meniru dan mengambil yang baik-baik sesuai denga karakter dan keadaan Indonesia. Selanjutnya, kita tinggalkan hal-hal yang bertentangan dengan karakter  pribadi rakyat Indonesia.

Memilih metode yang tepat dan benar itu memang tidak mudah. Terlebih lagi hal ini adalah pendidikan yang berhubungan dengan ilmu jiwa (zielkunde) atau yang disebut dengan psikologi. Standar umum yang lazim bagi masing-masing pendidikan ialah mengetahui cara-cara khususnya bergantung pada para pendidik dan tujuan masing-masing. Akan tetapi, dikarenakan manusia yang akan dididik ini bermacam-macam, ilmu pendidikanpun dibagi-bagi.

Yang dimaksud dengan pendidikan jasmani adalah pendidikan tentang cara menjaga kesehatan badan agar badan kuat mengerjakan semua kewajibanya.

Adapun yang menjadi perhatian pendidikan jasmani itu bermacam-macam, yaitu yang berhubungan kesehatan (hygiene) mensalnya kebersihan, makanan,  gerak badan, dan menjaga diri dari berbagai penyakit.

Sekolah ialah ruangan untuk kepentingan mengajar dan mendidik. Dua hal yang menjadi tanggunganya. Sebagaimana yang telah diterangkan, perkembangan akhlak atau kerakter anak itu berawal dari rumahnya baru bertambah sedikit luas dunianya di sekolah, lalu berkembang lagi di dunia luas pergaulanya, selain disekolah. Sekolah memang besar pengaruhnya sehingga bisa mudah pula memengaruhi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika sekolah itu hanya menghasilkan kecerdasan (intelektualitas), hal ini dapat memengaruhi sifat tidak bagi kemanusiaan seseorang.

Menurut pengertian (definisi) pedidikan, setiap manusia di mana manusia berada akan selalu membutuhkan pendidikan. Penanaman pendidikan, sekaligus metode pendidikannya akan selalu akan disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kerakter masing-masing individu yang dididik.

Tahapan pendidikan yang paling penting adalah pada masa anak-anak karena pada masa itu anak masih dalam keadaan “bersih” sehingga mudah dipengaruhi yang baik-baik. Jika anak telah menjadi besar, maka anak akan sulit dipengaruhi yang baik-baik karena nafsu telah menguasai dirinya.

Perintah dan larangan akan menjadi peraturan dan pedoman nagi anak didik untuk mengetahui perilaku mana yang tidaj baik dan dan tidak boleh dilakukan. Jadi, pendidikan pendidikan perlu mengeluarkan perintah dan larangan, atau nasehat dan teguran. Kata-kata yang dipakai dalam perintah dan larangan tentu saja bukan kata-kata sembarangan yang keluar begitu saja, melaikan ada cara dan syarat-syaratnya.


BAB III
ANALISA

KH. R. Zainuddin Fananie berpandangan bahwa pendidian itu sepajang masa, berlaku bagi orang muda ataupun orang dewasa. Sepanjang hidup, manusia selalu membutuhkan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan bukanlah tangung jawab para orang tua dan guru semata, melaikan tangung  jawab bersama dari  semua bangsa, termasuk golongan-golongan, organisasi-organisasi, dan perkumpulan lainya.

Secara esensial, pendidikan bagi KH. R. Zainuddin Fananie adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan cara kesopanan menuju terciptanya kebaikan, kemajuan, serta ketinggian martabat Bangsa dan Agama. Semua itu dapat dilaksanakan jika manusia, umat Islam, dan hamba Allah telah terdidik sebagaimana mestinya, berasas dengan asa yang hukum dan penuh keyakinan (keimanan), sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.

Aliran barat modern menekankan tujuan pendidikan lebih pada diri (indiviualiteit) dari pada rasa bersama (collectiviteit). Hal yang pertama dikehendaki adalah supaya setiap manusia menghargai dirinya dan usahanya sendiri, tanpa memedulikan kerugian orang lain.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
KH. R. Zainuddin Fananie menegaskan bahwa mendidik budi pekerti bukanlah mengajar. Mendidik budi pekerti ialah menanamkan apa yang dimaksud oleh pendidikan budi pekerti itu sehingga menjadi dasar atau mendarah daging (menjadi kebiasaan) bagi siapa saja yang dididik. Tentu saja cara mendidik itu tidak seperti mengajar. Tidak cukup hanya dengan memberi pengertian (nasihat) tentang kebaikan dan kejahatan atau dengan larang dan perintah saja. Jika cara mendidik seperti itu, alangkah mudah dan cepatnya proses mendidik. Padahal, mendidik yang benar tidak cukup dengan cara semacam itu. Nasihat yang disampaikan  kepada orang-orang atau anak-anak yang tidak disertai dengan amalan (pimpinan dan pembawanya) ibarat perintah berjalan kepada orang buta (belum tahu jalan), yang artinya belum mampu menujukan jalan, tentu saja hal ini akan sulit berhasil.


B. Saran
Dari ringkasan dan kutipan singkat di atas diharapkan pada para pembaca atau generasi penerus bangsa ini dapat lebih bijak dalam menganalisa unsur-unsur dan tipe-tipe pendidikan yang membangun, serta dapat lebih cermat memilih tipe atau jenis pendidikan yang sesuai dengan adat istiadat ketimuran Indonesia.

Dengan kecermatan dalam menentukan cara didik mana yang kita pilih maka kita dapat membantu pengembangan bangsa ini, mengambil cara yang positif dari pendidikan barat untuk dapat membantu kita agar cermat dalam menentukan sikap yang baik.


Demikian sedikit penjelasan seputar "Makalah Pendidikan Modern" yang bisa saya himpun dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan dapat membantu anda. Wassalam.

Kumpulan Makalah yang lainnya lihat   DISINI



Cpx24.com CPM Program

0 Komentar:

Post a Comment

Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.

** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**



close
Chat