Makalah Menghindari Konflik Dalam Masyarakat

Monday, April 7, 2014

print this page
send email

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia sejak tempo dulu masyarakatnya telah lama berjuang melawan kaum penjajah,dan senantiasa berhadapan dengan konflik. Perang terjadi pada abad-abad yang lampau telah menyisakan pengaruh dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, berupa pengalaman dalam menghadapi konflik, bahkan kadang-kadang sulit dibayangkan tiada hari tanpa konflik dan stress selama dalam perjuangan. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sejarah masih membuktikan sampai era reformasi sekarang dewasa ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan banyak pertentangan kelompok maupun politik, serta perseteruan kepentingan yang mengakibatkan konflik. Sementara itu masih sangat dirasakan bahwa sistem penegakan hukum kita masih lemah, misalnya dengan terjadinya salah persepsi antara dua kelompok masyarakat yang bertikai akan menambah daftar konflik menjadi meningkat. Konflik pribadi, konflik kepentingan antar individu ataupun konflik antar kelompok.

Pertentangan maupun konflik tersebut dapat dijumpai di seluruh segi kehidupan sehingga muncul pilihan-pilihan yang saling bertentangan dan tidak selaras mengakibatkan rusaknya tatanan keadaan maupun kehidupan bermasyarakat. Kondisi ketentraman dan ketertiban (tramtib) komunitas (pemukiman) maupun kelompok-kelompok ataupun lapisan masyarakat diberbagai daerah di Indonesia dalam beberapa tahun terusik oleh berbagai jenis gangguan dan konflik. Oleh karena itu mengenali pekerjaan sosial secara serius sangat penting untuk dicermati dalam upaya mengatasinya, bila kita gagal dalam mengatasi konflik maupun mengendalikannya akan mengakibatkan situasi dekstruktif yang lebih dahsyat, konflik merupakan masalah pelik untuk segera dicarikan pemecahaannya.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian konflik
Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat.

Istilah konflik itu sendiri seringkali mengandung pengertian negatif, yang cenderung diartikan sebagai lawan kata dari pengertian keserasian, kedamaian, dan keteraturan. Konflik seringkali diasosiasikan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Pandangan yang sempit mengenai konflik yang demikian, tidak mudah untuk diubah. Munculnya budaya “mencegah konflik”, “meredam konflik” dan anggapan bahwa berkonflik adalah “berkelahi” bukanlah sesuatu yang relevan untuk kondisi saat ini. Konflik bukanlah sesuatu yang dapat dihindari atau disembunyikan, tetapi harus diakui keberadaannya, dikelola, dan diubah menjadi suatu kekuatan bagi perubahan positif.

Beberapa Pandangan tentang Konflik
Banyak definisi konflik yang dkemukakan oleh para pakar. Dari berbagai definisi dan berbagai sumber yang ada istilah konflik dapat dirangkum dan diartikan sebagai berikut :
  1. Konflik adalah bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai-nilai, serta kebutuhan;
  2. Hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih (individu maupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu, namun diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan yang tidak sejalan;
  3. Pertentangan atau pertikaian karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, dan motifasi pelaku atau yang terlibat di dalamnya;
  4. Suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif mempengaruhi pihak lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang membuat orang lain perasaan serta fisiknya terganggu;
  5. Bentuk pertentangan yang bersifat fungsional karena pertentangan semacam itu mendukung tujuan kelompok dan memperbarui tampilan, namun disfungsional karena menghilangkan tampilan kelompok yang sudah ada;
  6. Proses mendapatkan monopoli ganjaran, kekuasaan, pemilikan, dengan menyingkirkan atau melemahkan pesaing;
  7. Suatu bentuk perlawanan yang melibatkan dua pihak secara antagonis;
  8. Kekacauan rangsangan kontradiktif dalam diri individu.

B. FAKTOR PENYEBAB DAN SUMBER KONFLIK
Konflik pada hakikatnya adalah segala sesuatu interaksi pertentangan antara dua pihak dan lebih didalam suatu kelompok masyarakat atau pun organisasi masyarakat, konflik dapat terjadi karena ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota dalam kelompok tersebut yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi atau berebut sumber-sumber daya yang terbatas serta merebutkan sumber kehidupan maupun lapangan kerja, dimana masing-masing mempunyai perbedaan, status, tujuan, nilai atau persepsi masing-masing.

Faktor penyebab dan sumber konflik antara lain dibagi dalam tiga hal berupa :
  1. Kepentingan (Interest) Sesuatu kepentingan yang memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi ini tidak hanya dari bagian keinginan pribadi seseorang, tetapi juga dari peran dan statusnya karena adanya kepentingan.
  2. Emosi (Emotion) Emosi sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia, antara lain : marah, benci, takut, cemas, bingung, penolakkan dan sebagainya.
  3. Nilai (Value) Nilai ini merupakan komponen konflik yang paling susah dipecahkan karena nilai merupakan sesuatu hal yang tidak bisa diraba dan dinyatakan secara nyata. Nilai berada pada kedalaman akar pemikiran dan perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk, yang pada umumnya mengarah pada sikap dan perilaku manusia.

C. BERBAGAI JENIS KONFLIK
1. Konflik Pribadi ( Intra personal )
Konflik intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi bagi individu ketika kepetingan, tujuan atau nilai-nilai yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan tidak tercapai atau jauh dari menyenangkan. Konflik ini merintangi kehidupan sehari-hari dan dapat mengganggu kegiatan orang lain. Ketika konflik ini dirasakan atau dialami baik secara fisik, mental atau emosional maka dapat menimbulkan sakit kepala, pusing bahkan stress. Bila akibat konflik ini sampai pada tingkat stress yang mematikan maka akan berada dalam konflik intrapersonal tahap berikutnya yamg memiliki sifat destruktif misalnya menjurus kearah tindakan bunuh diri. Konflik intrapersonal merupakan konflik yang terjadi pada perilaku seseorang dimana pikiran dan sikapnya tidak kontrol dan sering menimbulkan emosi yang sangat tinggi.

2. Konflik antara Pribadi ( InterPersonal)
Konflik inter pribadi Konflik inter pribadi adalah konflik yang terjadi antara perilaku seseorang dengan mengaitkan kepentingan orang lain yang pikiran dan perilakunya tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan kegelisahan dan rintangan kehidupan banyak orang. Konflik inter pribadi ini lebih jamak diassosiasikan dengan melibatkan sekelompok orang. Konflik ini tidak dapat diatasi secara external tanpa orang tersebut memiliki kendali secara internal.

3. Konflik antara Kelompok
  • Konflik inter Kelompok (Inter Groups) Konflik ini merupakan pertentangan berbagai individu dalam suatu kelompok, karena masing-masing individu biasanya memiliki kemauan, kepentingan dan ingin memenuhi kebutuhan dasar psikologisnya dalam waktu yang bersamaan. Bahkan sering dijumpai bahwa di dalam kelompoknya sendiri para anggotanya tidak bersesuaian.
  • Konflik antar kelompok Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya terjadi gesekan yang mengarah pada situasi perpecahan atau konflik antar warga anak bangsa, misalnya antar kelompok suku, ras, agama, dan golongan kelompok masyarakat tertentu. 

D. TAHAPAN DAN GEJALA KONFLIK
1. TAHAPAN KONFLIK
  • Kondisi yang mendahului (Antecendent Condition) Pada tahap ini terdapat unsur penyebab antara lain karena kecurigaan , pertentangan pribadi, ras, kelas sosial, politik, sumber daya, keyakinan yang kesemuanya dari faktor-faktor ini tercermin dalam perilaku kehidupan sosial kemasyarakatan.
  • Kemungkinan konflik yang dilihat (Perceived Potential Conflict) Pada tahap ini satu atau kedua belah pihak mulai tampak perubahan kepribadian pada diri masing-masing orang, retaknya kesatuan kelompok dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial mulai hilang.
  • Konflik yang dirasa (Felt Conflict) Pada tahap ini benturan kepentingan dan kebutuhan sering terjadi. Satu pihak atau kedua belah pihak yang terlibat melihat keadaan yang tidak memuaskan, meghambat, menakutkan, bahkan mulai mengancam.
  • Perilaku yang tampak (Manifest Behavior) Pada tahap ini orang-orang mulai menanggapi dan mengambil tindakan, sejak dari saling mendiamkan, kemudian pertengkaran secara lisan, berdebat, bersaing, agresif, saling menyerang akhirnya bermusuhan sampai dengan balas dendam yang berkepanjangan. Bentuk perbuatan yang nyata baik berupa lisan atau kata-kata maupun tindakan bergabung jadi satu kemasan.
  • Konflik yang dikelola (Suppressed or Managed Conflict) Pada tahap ini konflik yang sudah terjadi dapat ditekan. Upaya-upaya maksimal untuk meniadakan konflik dilakuakan malalui kesepakatan bersama (negosiasi).

2. GEJALA KONFLIK
Timbulnya gejala konflik berupa :
  • Kombinasi jelas dan agresif Konflik tidak selalu digambarkan dalam bentuk nyata namun pada tahap ini terdapat tanda yang jelas dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh: teriakan-teriakan, celaan, ejekan, kekerasan dan sebagainya.
  • Kombinasi dari agresif dan tersembunyi Pada tahap ini terdapat tanda-tanda yang tersembunyi dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh : komentar-komentar yang merendahkan, pelecehan, penghinaan, selalu mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang, kebencian untuk mencoreng orang lain, dan sebagainya.
  • Tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif Pada tahap ini terdapat tanda-tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif. Contoh : tidak mau berkerja sama, tidak mau ikut pertemuan, cemas tidak mau menyelesaikan masalah.
  • Tanda yang jelas nampak pasif Pada tahap ini terdapat tanda yang jelas nampak yang ditunjukan secara jelas dalam kejadian konflik secara pasif. Contoh : mengirim surat tetapi tidak ada niat melaksanakan kegiatan yang berarti.

E. PENANGANAN DAN PENGENDALIAN KONFLIK
1. PENANGANAN KONFLIK.
Penangan konflik dapat dilakukan dalam tiga bahagian sbb :
a). Penanganan konflik dalam peristiwa sehari – hari :
  • Membuat suatu proses yang menguji dari dua sisi untuk meningakatkan kesamaan pemahamam satu sama lain.
  • Bertanyalah jika reaksi itu proporsional dengan keadaan, sehingga paling tidak membawa sisa emosi dari peristiwa lainnya untuk diselesaikan.
  • Identifikasikan butir-butir kesepakatan dan segera menindaklanjutinya, serta mengindentifikasikan butir-butir ketidaksepakatan untuk tidak ditindak lanjuti.
b). Penanganan pertentangan konflik :
  • Membuat suasana yang aman termasuk menciptakan suatu lingkungan dimana setiap orang merasa aman, yaitu dengan membangun suasana informal, menetapkan kawasan netral, berada dalam kendali dengan agenda kegiatan yang mudah diatur.
  • Tegaslah terhadap fakta tetapi lunak terhadap orang serta mengambil penambahan waktu untuk mendapakan data dan informasi secara detail.
  • Membuat pekerjaan resmi sebagai kegiatan team dengan membagi tanggung jawab sehingga setiap orang mempunyai kesamaan tanggung jawab serta mempunyai alternatif untuk menyesuaikan diri.
  • Mencari kesepakatan minimal tetapi tidak dianjurkan begitu mudahnya membuat kompromi. e). Memberikan waktu yang cukup untuk menarik kelompok yang bersaing agar dapat menerima kesepakatan tanpa memberikan konsesi atau mengeluarkan tekanan.
  • Upaya ini sangat susah untuk mendudukkan orang-orang yang bertikai berada dalam satu meja, selama yang bersangkutan belum menyadari dan faham untuk membangun perdamaian (peach building), namun harus diupayakan secara keras.
c). Penanganan penyelesaian konflik :
  • Informasi dan data secara detail adalah sangat penting sehingga campur tangan team dari luar harus mau dan mampu memperhatikan data dan informasi secara detail, sehingga dapat menyelami dan meperhitungkan emosi negatif secara cermat.
  • Waktu harus disediakan secara longgar untuk dapat mewawancari semua orang yang terlibat dalam konflik, sehingga dengan demikan dapat dilakukan penggungkapan dan pemahaman masalah yang sesungguhnya dirasakan atau dihadapi masing-masing.
  • Alasan yang logis sering tidak efektif untuk menyadarkan kelompok yang sedang bertikai untuk mengakhiri konflik, karena kentalnya perbedaan yang diunjukkan secara menyolok. Untuk itu dicarikan sumber alternatif untuk menyalurkan energinya agar kadar konfliknya berada pada tahap yang lebih rendah.
  • Menjelaskan tujuan penanganan konflik dengan menciptakan suasana yang menumbuhkan rasa untuk tidak harus selalu menang, kecuali dengan menghargai kearifan setiap orang.

2. PENGENDALIAN KONFLIK
Perlakuan pengendalian konflik dilaksanakan melalui :
  • Proses pengendalian konflik yaitu Melakukan persepsi tentang konflik itu sendiri, apa komponennya, dari mana sumbernya, bagaimana realisasinya, cara menghindarinya, implementasi penanganannya, pemilihan strategi yang digunakan, evaluasi dampak yang ditimbulkan oleh konflik.
  • Cara pengendalian konflik yaitu Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-kondisi penting yang diinginkan sesuai persepsi masing-masing yang harus dipenuhi disesuaikan dengan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dan dapat dimanfaatkan. Kemudian minta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain dengan memberikan argumentasi kuat terhadap posisi dimaksud, sehinga akan terwujud berbagai alternatif tindakan antara lain berupa: sikap sabar, penghindaran, kekerasan, negosiasi, mediasi, konsiliasi, abritasi, peradilan, dan sebagainya.

3. Tindakan pengendalian konflik
  • Menghindar
  • Kompromi
  • Kompetisi
  • Akomodasi
  • Kolaborasi

4. Kontribusi untuk pengendalian konflik sebagai hasil asesmen
  • Sanggup menyampaikan pokok masalah penyebab timbulnya konflik.
  • Mau mengakui adanya konflik
  • Bersedia melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan
  • Sanggup mengajukan usul atau nasihat
  • Meminimalisasi ketidak cocokan.

BAB III
PENUTUP

A. KAESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dapat kami simpulkan upaya pekerjaan sosial dalam mengatasi konflik berupa tindakan atau langkah-langkah kegiatan sbb :

1. Menciptakan hubungan positif dalam kelompok dengan cara antara lain :
  • Menciptakan pemenang, melakukan voting untuk menentukan pihak yang kalah
  • Mengumumkan penangguhan
  • Menganjurkan partisipasi yang sederajat
  • Aktif mendengarkan
  • Memisahkan fakta dari opini
  • Memisahkan orang dari masalah
  • Memecah belah dan menaklukkan
2. Jangan melakukan tindakan selama menghadapi konflik antara lain :
  • Jangan memberikan kesempatan untuk perjuangan mendapatkan kekuasaan
  • Jangan / tidak memihak dalam konflik
  • Jangan membiarkan konflik menempati agenda anda
  • Jangan terperangkap kengerian
  • Jangan dibodohi oleh proyeksi


DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur (Yogyakarta: LKiS, 2005), hal. 249-250.
Barge dalam Liliweri, Prasangka dan Konflik, hal 250.
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, Modul UT (Jakarta: Depdiknas, 2000), hal. 8-9, Lihat juga Liliweri, hal. 246.
Dahrendorf, dalam Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganada (Jakarta: Rajawali Press, 1998), hal. 34.
Geoge Ritzer dan Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 154.
Collins Patricia, “Conflict Theory and the Advance of Macro Historical Sociology”, in. G. Ritzer, Fronties of Social Theory: The new Sintheses (New York: Coloumbia University Press, 1990), hal 68 – 71. Disarikan dari Liliweri, Prasangka, hal. 260-264. 
http://badry7.blogspot.com/2014/04/makalah-menghindari-konflik-dalam.html
Simon Fisher, Mengelola Konflik: ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak (Jakarta: The British Council, 2001), hal. 14.
Amri Marzali,: 2001 : Kekerasan Sosial di Kalimantan : Sebuah Analisis Antropologi Sosiokultural,
Majalah Analisis CSIS Tahun XXX/2001, No.3, Jakarta
Blumer,Herbert, ; 1969 : Symbolic Interactionism Perpective and Method ; university of California Press Berkeley and Los Angeles,
California. Hendricks, William, DR; 2006; Jakarta, Bumi Aksara.


Demikian sedikit penjelasan seputar "Makalah Menghindari Konflik Dalam Masyarakat" yang bisa saya himpun dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan dapat membantu anda. Wassalam.

Kumpulan Makalah yang lainnya lihat   DISINI



Cpx24.com CPM Program

0 Komentar:

Post a Comment

Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.

** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**



close
Chat