BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelompok merupakan salah satu konsep penting dalam sosiologi, namun belum ada suatu kesepakatan mengenai definisi suatu kelompok. Tapi ada suatu definisi kelompok yang lebih disenangi oleh para sosiolog yang mengartikan istilah kelompok itu adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya dan saling berinteraksi (Paul B Horton) maka bila ada 2 orang yang antri di toilet tidak bisa disebut suatu kelompok, tetapi bila orang tersebut melakukan suatu interaksi dalam bentuk apapun, maka bisa disebut sebagai kelompok. Karena manusia itu memang spesial tidak seperti makhluk Tuhan lainnya, misalnya saja bayi tidak bisa hidup tanpa bantuan orang tuanya, karena manusia itu mempunyai suatu akal , pikiran , naluri , perasaan , hasrat , dan juga nafsu , tidak seperti burung yang terkurung dalam sangkar.
Dalam berhubungan antar manusia, manusia memiliki suatu hasrat yaitu hasrat untuk menjadi satu denganmanusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan juga dengan lingkungan di sekitarnya, maka untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut manusia membutuhkan suatu pikiran, perasaan dan kehindak. Jadi pada dasarnya pengertian dari kelompok itu adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaanya dan saling berinteraksi. Maka dari semuaitu menimbulkan kelompok-kelompok sosial/social group, sehingga untuk terbentuknya suatu kelompok tersebut diperlukannya beberapa persyaratan, yaitu :
- Adanya kesadaran sebagai dari suatu kelompok
- Memiliki suatu struktur,kaidah serta pola perilaku yang sama
- Mempunyai norma-norma yang mengatur hubungan di antara anggotanya
- Mempunyai kepentingan bersama
- Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELOMPOK SOSIAL BUDAY
Sebagai kumpulan mahluk yang dinamis, kita senantiasa menemukan realitas social dalam masyarakat. Masyarakat terbentuk karena manusia menggunakan pikiran, perasaan dan keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai dua kinginan pokok yaitu, keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya dan keinginan untuk menyatu dengan lingkungan alamnya.
Menurut Soerjono Soekanto, merumuskan beberapa ciri masyarakat sebagai berikut :
- Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Tingkatan hidup bersama ini bisa dalam dimulai dari kelompok.
- Hidup bersama untuk waktu yang cukup lama. Dalam hidup bersama ini akan terjadi interaksi. Interaksi yang berlangsung terus menerus akan melahirkan sistem interaksi yang akan nampak dalam peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia.
- Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
- Mereka merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
1. Masyarakat sebagai system social
a). System Sosial
Adalah suatu system yang terdiri dari elemen-elemen social yang terdiri dari ; tindakansocial yang dilakukan individu yang berinteraksi satu dengan lainnya dan bersosialisasi sehingga tercipta hubungan-hubungan sosial. Keseluruhan hubungan sosial tersebutmembentuk struktur sosial dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut.
b). Struktur Sosial
Struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat di dalam satuan sosial, ditambah nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur interaksi antar status dan peran sosial. Didalam struktur sosial terdapat unsur-unsur sosial, kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial. Unsur-unsur sosial terbentuk, berkembang, dan dipelajari olehindividu dalam masyarakat melalui proses sosial. Proses sosial adalah hubungan timbal balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat dan memahami norma-norma yang berlaku.
2. Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah cara-cara perilaku masyarakat yang terorganisir secara sosial. Dengan kata lain, organisasi sosial merupakan jaringan hubungan antar warga masyarakat yang bersangkutan di dalam suatu tempat dan dalam waktu yang relatif lama. Di dalam organisasi sosial terdapat unsur-unsur seperti kelompok dan perkumpulan, lembaga sosal, peranan dan kelas-kelas sosial.
B. PENGERTIAN KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial merupakan salah satu fokus perhatian pusat pemikiran sosiologis, oleh karena titik tolaknya adalah kehidupan bersama. Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Pengertian interaksi di sini haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana mereka terlibat dalam ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain.
C. BENTUK KELOMPOK SOSIAL
Bentuk-bentuk kelompok sosial menurut para ahli :
1. In Group dan Out Group
Summer membedakan antara in group dan out group. In Group merupakan kelompok social yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out Group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in Group. Contoh: Istilah “kita” atau “kami” menunjukkan adanya artikulasi in group, sedangkan “mereka” berartikulasi out group.
2. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya, kerja sama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi sosial dilakukan secara tatap muka (face to face). Kelompok sekunder adalah kelompok sosial yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga sifatnya tidak begitu langgeng.
3. Gemainschaft dan gesellschaft
Ferdinand Tonnies mengemukakan tentang hubungan antara individu-individu dalam kelompok sosial sebagai Gemainschaft (paguyuban) dan gesellschaft (patembayan). Gemainschaft merupakan bentuk-bentuk kehidupan yang di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat ilmiah, dan kekal. Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dll. Gesellschaft (patembayan) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu (yang pendek) atau bersifat kontraktual. Contoh: hubungan perjanjian perdagangan, organisasi formal, organisasi suatu perusahaan, dll.
4. Kelompok Formal dan Informal
J.A.A. Van Doorn membedakan kelomok Formal dan Informal. Kelompok Formal mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan mereka, misalnya pemerintah memilih ketua, iuran anggota, dll. Kelompok Informal tidak mempunyai struktur atau organisasi tertentu . Kelompok ini terbentuk karena pertemuan berulang-ulang, misal kelompok dalam belajar.
5. Membership group dan reference group
Robert K. Merton membedakan kelompok membership dengan kelompok reference. Kelompok membership merupakan kelompok yang para anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota, sedangkan kelompok reference merupakan kelompok sosial yang dijadikan acuan atau rujukan oleh individu-individu yang tidak tercatat dalam anggota kelompok tersebut untuk membentuk atau mengembangkan kepribadiannya atau dalam berperilaku.
D. PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA YANG MULTIKULTURAL
1. Kelompok sosial Berdasarkan Ras
Di indonesa terdapat 3 ras yaitu Papua Melanosoid, Melayu Mongoloid dan Vedoid. Ketiga ras tersebut dalam kehidupannya di Indonesia memiliki kedudukan yang sama, tidak ada yang di istimewakan ataupun diunggulkan, walaupun ada beberapa ras tersebut yang memiliki kelompok yang banyak.
Dari ketiga ras tersebut, ada dua ras yang hidup secara berdampingan, saling menghormati dan menghargai, yaitu Papua Melanosoid dan Melayu Mongoloid. Tetapi lain halnya dengan Vedoid, ras tersebut belum bisa hidup secara berdampingan karena belum bisa menerima kebudayaan dari ras lain dan belum bisa membaur.
2. Kelompok Sosial Berdasarkan Bahasa
Setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda-beda, bahkan disatu daerahpun bisa memilki lebih dari satu bahasa. Walaupun terdapat keanekaragaman bahasa, tetapi dapat menghasilkan bahasa kesatuan yaitu Bahasa Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena nenek moyang bangsa Indonesai satu rumpun yaitu Austronesia. Sehingga orang dari daerah lain tidak begitu susah untuk menerima dan mempelajari bahasa Indonesia. Perlu diketahui juga, bahwa bahasa Indonesia merupakan salah satu faktor pendorong integrasi nasional.
3. Kelompok Sosial Berdasarkan Suku Bangsa
Indonesia memiliki + 300 suku bangsa yang tersebar disegala penjuru dari sabang sampai merauke. Hal ini juga sependapat dengan M.A Jaspan bahwa Indonesia memiliki 366 suku bangsa. Kebudayaan yang berbeda-beda antara suku bangsa terlihat dari pola dan gaya hidup. Contoh: suku badui lebih suka berpergian dengan jalan kaki tanpa alas kaki.
4. Kelompok Sosial berdasarkan Perbedaan Agama
Di indonesia ada 6 agama resmi yaitu hindu, budha, islam, katholik, protestan, dan konghucu. Selain ke 6 agama tersebut terdapat aliran-aliran kepercayaan, seperti animisme dan animisme. Semua agama dan aliran kepercayaan tersebut hidup secara berdampingan dan tidak ada agama yang di unggulkan, walaupun ada sebagian agama yang memiliki penganut paling banyak. Kehidupan dalam beragama dilindungi oleh UUD 45 dan pancasila. Jadi setiap orang berhak untuk memilih agamnya masing-masing dan beribadah sesuai dengan agamanya tersebut.
5. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Gender
Gender dan jenis kelamin sangat berbeda, gender merupakan suatu peranan sedangkan jenis kelamin merupakan tanda fisik dari setiap individu. Pada zaman dulu, kedudukan wanita selalu di nomor duakan daripada pria. Tetapi sekarang kedudukan pria dengan wanita sama, semenjak adanya emansipasi wanita yang dirintis oleh RA Kartini.
E. KONSEKUENSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Di dalam suatu masyarakat majemuk, setiap individu dikelompokan secara horizontal dan vertikal. Tetapi pengelompokan tersebut tidak menggunakan kriteria. Sehingga beberapa orang yang berbeda suku dapat memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu. Dari pengelompok tersebut akan menghasilkan interseksi dan konsolidasi.
1. Interseksi
Interseksi merupakan pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial yang berbeda baik dari segi bahasa, suku, agama dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
Secara garis besar kelompok sosial dibagi dua :
a). Paguyuban (gemeinschaf)
Merupakan kehidupan bersama yang diikat oleh rasa cinta, bersifat alami dan kekal.
Contoh : kekeluargaan, kekerabatan
b). Petembayan (gesselschaf)
Merupakan kehidupan bersama yang bersifat kontrak, terbentuk berdasarkan status.
Contoh : organisasi, badan hukum dan lain-lain.
Interseksi terbentuk melalui interaksi sosial dari individu-individu melelui sarana pergaulan dalam kebudayaan seperti, bahasa, kesenian, sekolah, pasar, dll.
Dengan adanya interseksi akan menghasilkan kelompok baru yang bersifat saling silang-menyilang.
Interseksi mempunyai akibat terhadap kemajemukan yaitu :
a). Meningkatkan solidaritas
Hal ini dapat terjadi karena individu dari suku, ras, agama, dll akan bergabung. Setiap individu menganggap wajar perbedaan tersebut dalam suatu kelompok ataupun pergaulan. Sehingga akan memperkuat hubungan antara individu tersebut.
b). Menimbulkan konflik
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan yang dimiliki setiap individu lebih ditonjolkan/diperlihatkan. Saluran interseksi di Indonesia
- Hubungan ekonomi
- Hubungan social
- Hubungan politik.
Merupakan perbuatan yang memperteguh atau menguatkan suatu hubungan keanggotaan individu yang berbeda dalam suatu kelompok sosial melalui tumpang tindih. Sebagai contoh dalam suku melayu identik dengan agam islam, bali identik dengan agama hindu.
Konsolidasi mempunyai akibat terhadap kemajemukan yaitu :
- Integrasi Konsolidasi dapat menjadi integrasi apabila penguatan tersebut mengedepankan nilai-nilai nasionalisme.
- Konflik Konsolidasi dapat terjadi konflik apabila penguatan identitas hanya dalam batas-batas tertentu atau hanya suku tertentu dan suku lain disampingkan. Contoh : didalam satu kelas terdapat murid-murid dari berbagai suku, tetapi semua murid beragama islam. Sehingga semua murid tersebut dimasukan dalam ras melayu.
Ini merupakan suatu sikap keterbukaan terhadap kebudayaan luar. Mutual akulturasi ini diawali dengan interseksi yang berjalan secara terus-menerus sehingga menimbulkan rasa saling menyukai kebudayaan lain dan secara sadar atau tidak mengikuti kebudayaan tersebut. Mutual akulturasi merupakan tahap awal terjadinya integrasi sosial. Contoh: adanya rumah makan padang di setiap daerah.
- Pola
- Pergaulan
- Pakaian
Primordialisme merupakan paham atau ide dari anggota masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk berkelompok sehingga terbentuklah suku-suku baru.
Pengelompokan ini tidak hanya dalam bentuk suku saja, tetapi agama, pengetahuan ideologi.
Akibat primordialisme terhadap kebudayaan :
- Timbulnya sikap etnosentris, yaitu suatu sikap yang cenderung bersifat subjektif dalam memandang budaya lain, sehingga tidak mau menerima kebudayaan luar.
- Dapat melestarikan budaya kelompoknya atau jati diri masing-masing kelompok.
- Adanya sesuatu yang dianggap istimewa pada rasnya, suku bangsanya.
- Sikap ingin mempertahankan keutuhan kelompoknya dari ancaman luar.
- Adanya nilai-nilai yang dijunjung tinggi karena berkaitan dengan kepercayaan.
Merupakan perilaku seseorang untuk mengidentifikasikan suku bangsanya.
Stereotip etnis dapat menyebabkan 2 hal :
- Integrasi, stereotip dapat meningkatkan semangat patriotisme, rasa cinta tanah air, solidaritas, dan nasinalisme
- Konflik, apabila stereotip etnis ini hanya memberikan nilai positif kepada ingroup nya.
Sektarian merupakan konsekuensi dari bentuk-bentuk struktur sosial. Sektarian juga merupakan hasil dari primordialisme.
Menurut Clifford Geertz golongan masyarakat jawa dibagi menjadi 3 :
- Santri : golongan berpengetahuan dan beragama
- Priyayi : golongan pelajar, pamong praja dan berpendidikan
- Abangan : golongan di luar santri dan priyayi yang berpusat di pedesaan dengan pengalaman keagamaan campuran islam dan dinamisme.
Pemikiran politik yang dipengaruhi oleh campuran hindu, tradisional jawa, islam serta barat ke dalam ideology komunis
- Nasionalisme radikal
- Sosialisme
- Islam
- Tradisional jawa
Pluralisme merupakan suatu kemajemukan masyarakat yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Nasionalisme merupakan paham kebangsaan yang menjunjung tinggi integrasi.
Proses awal perkembangan nasionalisme di Indonesia dapat dilihat dari munculnya :
- Emansipasi wanita
- Boedi oetomo
- Jong java
- Sumpah pemuda dll
a). Perbedaan dalam berbusana dan perlangkapan rumah tangga
Menurut Ogburn dan Nimkoff, lapisan kelas bawah, menengah dan kelas atas mempunyai selera yang berbeda baik dalam hal pakaian, perlengkapan rumah tangga, jenis hiburan, makanan, kendaran, dll. Orang kelas atas lebih menyukai bahan yang berkualitas tinggi, sedangkan orang kelas bawah hanya cukup membeli di pasar-pasar tradisional.
b). Perbedaan dalam pemakaian bahasa dan gaya bicara
Perbedaan dalam pemakaian bahasa ini, biasanya terjadi antara majikan dengan pembantunya, seperti panggilan pembantu kepada majikannya “Tuan, Juragan, Non, dll. Ini menandakan kedudukan yang tidak seimbang. Perbedaan gaya bicara terjadi dalam hal pergaulan, biasanya dimasukan bahasa asing dalam percakapan. Misanya ayo kita support teman-teman kita. Penggunaan bahasa asing ini biasanya dipergunakan oleh kalangan setengah ke atas.
Adapula dalam bahasa jawa, percakapan dibagi menjadi 3 :
- Ngoko
- Ngoko alus
- Kromo inggil
Komunikasi nonverval ini biasanya dalam bentuk gerakan tubuh dan digunakan oleh kalangan atas. Misalnya sang raja, pemimpin, dll
d). Penyebutan gelar, pangkat, jabatan
Jabatan bisa diperoleh dengan usaha atau otomatis. Gelar menunjukkan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : S.Pd., SH., DR., Prof., M.Si., Kapten., Kolonel., Deang., dll.
e). Perbedaan seragam yang dipakai
Seragam merupakan suatu bentuk pengesahan terhadap status seseorang. Seragam yang dimaksud tidak harus baju yang sama, tetapi gaya berpakaiannya. Hal ini menunjukan stratifikasi social. Contoh : seorang kapten memakai pangkat yang beranekaragam dibanding colonel.
f). Perbedaan tipe dan letak tempat tinggal
Hal ini terjadi pada kelas atas, yang memilih rumah dengan struktur rumah yang mewah dan lokasi perumahan ditempat yang elite. Lain hal dengan golongan bawah, yang bertempat tinggal seadanya.
g). Perbedaan kegiatan rekreasi, olahraga, dan kegemaran
Golongan kelas atas dalam masa liburan akan berekreasi ke luar negeri, puncak, yang jelas tempat yang mewah. Begitu juga dengan olahraga dan kegemaran. Mereka berolahraga ditempat kebugaran dan memiliki kegemaran yang ternama. Lain hal nya golongan kelas bawah, rekreasi, olahraga, kegemaran yang biasa saja.
h). Perbedaan selera makan
Orang kaya makan direstoran, golongan bawah makan di KL. Orang kaya makan sozis, golongan bawah makan tempe.
F. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH YANG DITIMBULKAN OLEH KEANEKARAGAMAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
- Asimilas Merupakan proses yang mana seseorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk menjadi bagian dari budaya yang berbeda.
- Self-segregation (pemisahan diri) Merupakan suatu kelompok mengasingkan diri dari kebudayaan mayoritas
- Integrasi Merupakan menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.
- Pluralisme Suatu sikap untuk tetap melestarikan budaya masing-masing dan beradaptasi dengan masyarakat yang lebih besar tanpa ada rasa prasangka.
G. SIKAP KRITIS, TOLERANSI DAN EMPATI TERHADAP HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
Tolerasi merupakan sikap menghargai perbedaan orang lain. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa / mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan/pikiran orang lain.
Sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat yang beranekaragam yaitu :
- Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap norma-norma yang berbeda dalam suatu masyarakat
- Meninggalkan sikap primordialisme
- Menegakkan supremasi hokum
- Mengembangkan rasa nasionalisme melalui penghayatan wawasan berbangsa dan bernegara
- Menyelesaikan konflik dengan cara akomdatif (mediasi, kompromi, adjudukasi)
- Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap individu terutama para pemegang kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelompok sosial merupakan salah satu fokus perhatian pusat pemikiran sosiologis, oleh karena titik tolaknya adalah kehidupan bersama. Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Pengertian interaksi di sini haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana mereka terlibat dalam ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain.
Perkembangan Masyarakat Indonesia Yang Multikultural Yaitu :
- Kelompok sosial Berdasarkan Ras
- Kelompok Sosial Berdasarkan Bahasa
- Kelompok Sosial Berdasarkan Suku Bangsa
- Kelompok Sosial berdasarkan Perbedaan Agama
- Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Gender
DAFTAR PUSTAKA
Agus Santosa. 2010. Seri Bimbingan Belajar: Sukses Ujian Sosiologi. Bogor: PT Yudhistira
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Horton, Paul B, dan Hunt Chester L. 1984. Sosiologi Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Agama, http://badry7.blogspot.com/2014/04/makalah-kelompok-sosial-berdasarkan.html
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (Ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Group.
Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Yasayan penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi 1987. Jakarta: Rajawali Pers.
Narwoko, J.Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi : Teks pengantar & terapan. Jakarta: Kencana, 2004
Soekanto, Soerjon. Teori Sosiologi : Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982
Thayib, Anshari dkk. HAM dan Pluralisme Agama. Surabaya: Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan (PKSK), 1997
Demikian sedikit penjelasan seputar
"Makalah Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Agama" yang bisa saya himpun dari berbagai sumber.
Semoga bermanfaat dan dapat membantu anda. Wassalam.
Kumpulan Makalah yang lainnya lihat DISINI
0 Komentar:
Post a Comment
Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.
** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**