MAKALAH MANAJEMEN STRATEGIS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Thursday, April 17, 2014

print this page
send email

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu upaya memaksimalkan bakat, potensi, kecerdasan, dan kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan sekolah usia dini atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah untuk bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus dan lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding mereka yang tidak diasah melalui program PAUD tersebut.

Namun tidak semua lembaga penyelenggara PAUD mulai jenjang PreSchool, Play Group, dan TK mampu menyediakan metode, sarana, dan fasilitas penunjang kesuksesan pendidikan usia dini tersebut. Untuk itulah, para orang tua harus mampu menentukan secara strategis lembaga yang dipilihnya. Demikian pula para penyelenggara harus mampu memperbaiki segala kekurangan yang menghambat tujuan utama PAUD tersebut karena anak-anak usia dini yang identik dengan kegiatan bermain menjadi fase yang sangat menentukan perjalanan hidup manusia. Sehingga, merencanakan dan melaksanakan pendidikan pada usia dini ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak boleh disepelekan dan ditelantarkan. Jika hal ini tidak diperhatikan, masa depan kualitas generasi penerus bangsa akan semakin mundur, kalah jauh dibanding negara-negara lain yang selalu sigap dan cepat mempersiapkan kader-kader andalnya di era kompetisi global sekarang.

Negara ini tidak boleh lagi kecolongan dan ketinggalan. Pendidikan anak usia dini harus segera didirikan dan dikelola secara profesional di seluruh pelosok negeri ini. PAUD ini menjadi solusi terbaik pembentukan moral, agama, emosi, osial, dan spirit kompetisi. Dengan PAUD, fase perkembangan anak akan berjalan secara fungsional dan produktif sehingga membentuk karakter yang kuat, kokoh dan progresif.


B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, rumusan masalah yang diajukan adalah :
  • Bagaimana sistem kelembagaan pada PAUD ?
  • Bagaimana metode pengajaran ?
  • Apa kurikulum yang dipakai ?
  • Keterampilan apa saja yang diberikan di PAUD ?
  • Pelatihan-pelatihan apa saja yang ada di PAUD ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. KELEMBAGAAN
Mengelola pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia yang memiliki keunikan-keunikan masing-masing. Untuk itu,dibutuhkan formula yang tepat dalam mengatur segala permasalahan manejemen pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada beberapa model penataan kelembagaan yang konvensional. Karena iu kita harus mencari model yang paling tepat agar PAUD bisa berkembang dengan baik. Model manejemen kelembagaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Pengelolaan PAUD selama ini terlalu banyak seninya dibanding dengan ilmunya sehingga gaya manejemen yang dilakukan lebih bersifat trial and error.
  2. Penerapan manajemen “gotong royong “ artinya semua orang melakukan semua pekerjaan. Tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas. Sehingga proses manajemen tidak berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering terjadi benturan antara satu unit dengan unit lainnya. Inilah yang menyebabkan pendayagunaan sumber daya organisasi tidak secara sinergis dan banyak pemborosan. Dalam hal ini yang terjadi adalah sama-sama bekerja bukan kerja sama.
  3. Gaya manajemen tukang cukur yaitu satu orang melakukan semua pekerjaan, mulai dari membuka kios, menyapu, memotong rambut, menutup kios dan mengelola keuangan sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang merasa dirinya mampu dalam segala hal dan tidak memberikan porsi pekerjaan kepada orang lain. Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan beban pekerjaan yang lebih banyak justru tidak dapat melakukan pekerjaan karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja sedang yang lain justru kurang pekerjaan.
  4. Penerapan manajemen “sungkanisme” yaitu suatu manajemen yang tidak asertif. Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman dan budaya marah kalau ditegur teman membuat organisasi berjalan tak tentu arah, sehingga tidak bisa mencapai tujuan yang dikehendaki.
Empat model manajemen tersebut memiliki banyak kekurangan. Tidak ada aspek struktural, job description, koordinasi, evaluasi dan proyeksi ke depan. Dalam konteks ini dibutuhkan model manajemen yang lebih dinamis, progresif, dan mempunyai unsur pemberdayaan dan penguatan. Disinilah pentingnya manajemen partisipatif yang mengedepankan kolektivitas, teamwork, soliditas dan kualitas kinerja.

B. METODE PENGAJARAN
Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi yang unik dan kreatif. Disinilah signifikansi dan urgensi peran seorang guru dalam mendidik dan menggali potensi anak didik. Menurut Rini Utami Aziz, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pasal 29, pendidik pada pendidikan anak usia dini harus diploma (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.

Kualitas pendidik sangat menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Kegagalan dan kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga pengajar yang menguasai materi, metodologi pengajaran dan skills yang profesional.

Tahapan mengajar anak usia dini
Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya setiap usaha yang di rancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada awal ini untuk membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.

Selain tawaran beberapa metode di atas ada beberapa etode pengajaran lain yang layak dipertimbangkan untuk mencapai hasil maksimal dalam pengajaran anak usia dini yaitu :

1. Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Dengan demikian anak akan terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.

2. Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran ini mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya anak belajar tentang tanaman piang, lalu belajar menanamnya.

3. Metode Learning by doing
Menurut Nazhori Author, sabda Rasulullah yang berbunyi “sholatlah kamu seperti kamu lihat aku sholat “ adalah sebuah bukti bahwa proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasululla sebagai fondasi awal dalam pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung unsur pedagogis dimana bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini masih menjadi bumbu penyedap dalam melengkapi meteode pengajaran. Artinya bahasa nonverbal memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan bahasa nonverbal banyak dgunakan taman kanak-kanak atau kelompok bermain (play group) yang banyak mengadopsi model belajar kindergarten nya froebel dan model belajar Casa Dei Bambini nya Montessori.

4. Metode Home Schooling Group
Rumah merupakan lingkungan terdekat anak dan tempat belajar yang paling baik buat anak. Di rumah, anak bisa belajar selaras dengan keinginannya sendiri. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi, tidak perlu harus bersaing dengan anak-anak yang lain, tidak perlu harus ketakutan menjawab salah di depan kelas dan bisa langsung mendapatkan penghargaan atau pembetulan jika membuat kesalahan. Disinilah peran ibu menjadi sangat penting karena tugas utama ibu adalah pengatur rumah tangga dan pendidik anak. Di dalam rumah banyak sekali sarana-sarana yang bisa dipakai untuk pembelajaran anak. Anak dapat belajar banyak sekali konsep tentang benda, warna, bentuk dan sebagainya sembari ibu memasak di dapur

5. Pembelajaran Bilingual
Satu pertanyaan yang muncul sebagai tanggapan terhadap kecenderungan pengajaran bahasa inggris pada anak-anak adalah sebagai berikut “ sudah perlukah bahasa inggris diajarkan pada anak-anak ?” Pertanyaan ini tampaknya mudah diajukan. Jawaban terhadap pertanyaan ini bisa sederhana namun bisa juga memerlukan penjelasan panjang lebar, bahkan pertanyaan yang sederhana tersebut dapat memunculkan kontroversi yang berkepanjangan. Setidaknya ada tiga alasan mengapa anak-anak perlu mempelajari bahasa inggris pada usia dini. Alasan pertama adalah tuntutan pragmatis. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini tembok pembatas geografis antar wilayah atau bahkan antar negara sudah mulai runtuh, berguguran satu persatu akibat globalisasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tampaknya merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab atas semakin terbukanya hubungan antar manusia pada era global ini. Dampak yang segera kita amati dengan runtuhnya tembok pembatas tersebut ialah semakin mudahnya satu individu, bahkan antar bangsa di tempat yang berbeda dan berada di belahan dunia yang lain berhubungan dengan individu lainnya pada waktu yang sesungguhnya (real time).

Alasan kedua merujuk pada alasan legal formal dan kesepakatan internasional. Undang-undang Dasar 1945 memberikan amanar kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. UU No 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran guna pengembangan kepribadiannya dan kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Alasan yang ketiga adalah konseptual. Brumfit (1991 : 11-12) menyatakan argumentasinya terkait dengan faktor usia muda bahwa tidak ada alasan kuat dalam pembelajaran anak-anak untuk tidak mengajarkan bahasa kedua pada mereka. Setidaknya ada empat faktor yang ia rujuk untuk mendasari argumentasinya tersebut. Tiga faktor pertama tampaknya elevan untuk dibahas. Faktor pertama adalah proses pematangan. Proses pematangan ini tampaknya lebih berpihak pada pembelajar bahasa usia muda seorang anak belajar bahasa semakin mudah ia akan menguasai bahasa tersebut. Faktor kedua yang berperan penting pada anak-anak dalam mempelajari bahasa adalah emosi dan perasaan. Brown (1994: 135-152) mereview beberapa faktor yang terkait dengan faktor afektif dalam pembelajaran bahasa. Faktor-faktor tersebut adalah self esteem, inhibition, risk taking, anxiety, empathy, extroversion dan motivation. Pada faktor tersebut anak-anak cenderung memiliki nilai yang lebih positif dibanding pembelajaran dewasa. Misalnya anak-anak tidak memiliki beban mental yang berlebihan saat mempelajari bahasa asing, ketakutan membuat kesalahan rendah, dan siswa memiliki keiinginan yang lebih baik untuk mempelajari hal-hal baru lewat bahasa asing.

Faktor ketiga adalah lingkungan. Anak-anak cenderung memiliki peluang yang lebih baik dalam mengintegrasikan kebutuhan komunikasi yang sesungguhnya dengan pengalaman kebahasaan barunya. Maksudnya dalam usia yang ditandai dengan eksplorasi terhadap lingkungannya, anak-anak lebih memiliki peluang yang lebih baik dalam menggunakan bahasa secara alami untuk mempresentasikan pemahamannya terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kebutuhan berkomunikasi anak-anak dengan dengan menggunakan bahasa dalam lingkungan sekitarnya lebih terakomodasi secara luas dan alami.


C. KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah inti sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan misi lembaga pendidikan yang dicanangkan. Disinilah pentingnya menyusun kurikulum yang visioner dan prospektif.

Sehubungan dengan ciri-ciri di atas, tugas perkembangan yang di emban anak-anak adalah sebagai berikut :
  • Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
  • Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
  • Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya
  • Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
  • Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari
  • Mengembangkan hati nurani penghayatan moral, dan sopan santun
  • Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung
  • Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
  • Bersifat komprehensif. Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan pekembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan
  • Dikembangkan atas dasar pekembangan secara bertahap. Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak
  • Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak
  • Melayani kebutuhan individu anak
  • Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
  • Mengembangkan standar kompetensi anak
  • Mewadahi layanan anak yang memiliki kebutuhan khusus
  • Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
  • Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
  • Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga
  • Memanejemen sumber daya manusia
  • Penyediaan sarana dan prasarana 

Komponen Kurikulum 
a). Anak
Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokkan anak didasarkan pada usia sebagai berikut :
  1. 0-1 tahun
  2. 1-2 tahun
  3. 2-3 tahun
  4. 3-4 tahun
  5. 4-5 tahun
  6. 5-6 tahun
b). Pendidik
Kompetensi pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau sarjana (S-1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah sebagai berikut :
  1. Usia 0-1 tahun rasio 1:3 anak
  2. Usia 1-3 tahun rasio 1:6 anak
  3. Usia 3-4 tahun rasio 1:8 anak
  4. Usia 4-6 tahun rasio 1:10/12 anak
c). Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content) dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam dua kelompok usia. Materi usia lahir sampai 3 tahun meliputi :
  1. Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)
  2. Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
  3. Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)
  4. Pengenalan berbagai gerak (perkembangan fisik)
  5. Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
  6. Keterampilan berpikir (perkembangan kognitif)
d). Penilaian (Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data, dokumentasi belajar, dan perkembangan anak. Assessment dilakukan melalui observasi , konferensi dengan para guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian dapat dibuat dalam bentuk portofolio.

e). Pengelolaan Pembelajaran
Lembaga pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai satuan pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan antara lain sebagai berikut :
  1. Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3-5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-3 minggu
  2. Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144-hari 32-34 minggu
  3. Satuan PAUD sejenis (SPS) dilaksanakan minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam.
  4. Taman Kanak-kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam.
f). Melibatkan Peran Masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan.

Penilaian Kurikulum
Evaluasi / penilaian adalah suatu analisis yang sistematis untuk melihat efektivitas program yang diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap anak. Penilaian kurikulum dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Penilaian kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kurikulum dilaksanakan dan kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hasil penilaian kurikulum digunakan untuk menyempurnakan pelaksanaan dan mengembangkan kurikulum selanjutnya.

Kurikulum dan pengembangannya, sebagaimana keterangan di atas, harus dijadikan standar pembelajaran PAUD agar ada standar minimal kualitas yang dicapai. Adapun dinamisasi dan optimalisasi menuju akselerasi kualitas sangat ditentukan oleh profesionalitas manajemen yang mengandalkan ide-ide progresif dari struktur yang diisi kader-kader berkualitas.


D. KETERAMPILAN
Keterampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak peserta PAUD adalah keterampilan melukis, menggambar, memainkan permainan edukatif, mengenali kemampuan terbesarnya dan lain-lain dengan latihan intensif. Keterampilan-keterampilan ini bisa berkembang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik yang ada, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pesatnya gelombang informasi yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam konteks ini, guru berperan aktif mengembangkan ketrampilan anak didik secara maksimal, mempunyai tips-tips dengan bakat dan minatnya.

Fisilitas, sarana prasarana dan perangkat yang lain harus disiapkan demi suksesnya pendidikan keterampilan anak usia dini. Dengan sarana prasarana yang memadai, anak tertarik untuk mencoba sampai bisa, mengingat watak dasar anak adalah meniru dan melakukan apa saja yang disenanginya. Salah satu keterampilan yang eharusnya dikuasai anak usia dini adalah keterampilan musik yang membangun jiwa,emosi, spiritual dan sosial bukan yang merusak.

Menurut Sugiman, beberapa psikolog melihat bahwa pengaruh positf musik pada manusia tidak semudah analogi obat atas penyakit tertentu. Dr Alexandra Lemont (2000), pakar psikologi musik dari Universitas Keele di Inggris mengatakan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hanya dengan mendengarkan musik dapat memberikan pengaruh pada kecerdasan  maupun emosi anak.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dengan musikal lah yang menyebabkan musik mempunyai pengaruh positif bagi manusia. Aktif di sini tidak hanya bermakna fisikal atau motorik tetapi juga secara mental, emosional dan spiritual. Memberi makna dan nilai musik sebagai suatu hal yang berharga, ermanfaat dan menyenangkan. Musik tidak sekedar dipandang sebagai suatu rangkaian bunyi yang harus dimainkan atau didengarkan namun juga rangkaian bunyi indah yang jika disimak lebih mendalam bisa menyampaikan sesuatu yang berharga kepada seseorang.


E. PELATIHAN
Manajemen PAUD yang terdiri dari kelembagaan, metode pengajaran dan kurikulum adalah hal-hal yang harus dipahami, baik secara teoritis dan praktis, oleh pengelola PAUD dan orang-orang yan terkait di dalamnya. Untuk itu dibutuhkan pelatihan-pelatihan secara intensif dan eksensif bagi calon pengelola PAUD agar materi dasar manajemen kelembagaan, metode pengajaran, dan kurikulum dapat dipahami secara mendalam. Pelatihan ini harus dirancang secara sistematis, efisien dan efektif dengan jadwal yang tepat dan produktif. Secara tekhnis pelatihan ini membutuhkan narasumber yan berkualitas baik dari akademisi, birokrat maupun praktisi, tips-tips khusus aplikasi dan implementasi nya serta simulasi dan praktik langsung.

Menurut Dr. Fidesrinur M.Pd, profesionalisme pendidik PAUD harus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan, insentif atau penghargaan dari pemerintah sehingga eksistensi pendidik PAUD dihargai dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan oleh National Early Childhood Specialist Team (NEST) yang diprogramkan oleh Depdiknas pada bulan maret 2007 lalu di sembilan kecamatan di daerah jakarta barat merupakan     salah satu cara efektif dalam meningkatkan eksistensi pendidik PAUD.

Cara lain untuk memberikan penyegaran pada pendidik PAUD adalah dengan kerja sama Diknas dengan universitas atau sekolah tinggi yang memiliki program studi PAUD. Selain untuk mempersiapkan calon tutor PAUD telatih, pelatihan diselenggarakan juga untuk menyadarkan dan meyakinkan masyarakat akan pentingnya menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini dengan melibatkan masyarakat setempat. Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan mampu dan siap menjadi tutor PAUD dan daat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan tepat dan benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu upaya memaksimalkan bakat, potensi, kecerdasan, dan kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan sekolah usia dini atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah untuk bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus dan lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding mereka yang tidak diasah melalui program PAUD tersebut.

B. Saran
Dalam hal ini penulis menyarankan agar pemerintah meningkatkan perannya dalam pendidikan anak usia dini, baik dari pendanaan, perekrutan tutor yang sesuai dengan kualifikasi maupun membuka ruang seluas-luasnya kepada masayarakat untuk mengembangkan PAUD yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya.


DAFTAR PUSTAKA

Asmani , Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : DIVA Press
http://badry7.blogspot.com/2014/04/makalah-manajemen-strategis-pendidikan.html Baraja, Abu Bakar. 2006 . Mendidik Anak Dengan Teladan. Jakarta : Studia Press


Demikian sedikit penjelasan seputar "Makalah Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)" yang bisa saya himpun dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan dapat membantu anda. Wassalam.

Kumpulan Makalah yang lainnya lihat   DISINI



Cpx24.com CPM Program

0 Komentar:

Post a Comment

Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.

** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**



close
Chat