Makalah Teori Burner

Tuesday, November 5, 2013

print this page
send email

PEMBAHASAN

TEORI PEMBELAJARAN JORAME S. BRUNER (Discovery Learning)

A. Pendahuluan

Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Model pengajaran ini memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

Bruner mengemukakan bahwa ada tiga proses kognitif belajar yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu :

1. Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
Tahap awal untuk memperoleh pengetahuan, keterangan atau pengalaman baru mengenai materi dari berbagai sumber. Dapat berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama.

2. Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
Tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain. Informasi dianalisis, diubah, atau ditranformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.

3. Tahap Evaluasi
Tahap untuk mengetahui hasil transformasi pada tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.


B. Metode atau belajar penemuan (Free Discovery Learning)

Discovery learning merupakan model pengajaran  berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dalam prinsip konstruksitivis yaitu siswa didorong untuk belajar  secara mandiri. Pembelajaran ini lebih peduli pada proses belajar daripada hasil belajar. Dengan  berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.


C.     Langkah-langkah discovery learning
  1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu keingintahuan di dalam dirinya.
  2. Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual.
  3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan yang sebelumnya.
  4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu.
  5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu didasarkan.

D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner
  •  Kelebihan
  1. Menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban.
  2. Mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja
  3. Lebih mudah dan cepat ditangkap
  4. Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari
  5. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
  • Kelemahan
  1. Belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem yang belum mendukung penemuan sendiri, sementara secara realistis murid didominasi hanya menerima dari guru
  2. Belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya
  3. Bagi murid yang kurang mahir, pengetahuan yang diperoleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna tapi baru sebatas coba-coba.


E. Teori bruner dalam pembelajaran

Menurut Bruner, dalam pembelajaran, misalnya belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah dapat menggunakan media komputer, atau alat peraga lainnya.

Dalam  teori Bruner  diungkapkan bahwa dalam proses belajar, peserta didik dapat menggunakan benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus untuk memahami suatu konsep matematika, sehingga anak akan melihat langsung bagaiman keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya.

Terdapat dua hal penting dalam teori Bruner, yaitu :
  • Tahap-tahap dalam proses belajar
Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan, perlu dipelajari  dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.
  1. Tahap enaktif,>> tahap pembelajaran tentang pengetahuan yang dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
  2. Tahap Ikonik,>> tahap pembelajaran tentang pengetahuan yang direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
  3. Tahap simbolik,>> tahap pembelajaran di mana pengetahuan  digambarkan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols) yaitu simbol-simbol yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya
  • Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar
Terdapat empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar, misalnya belajar matematika teori Bruner, yaitu :

1). Teorema penyusunan (Construction theorem)

Menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam matematika adalah dengan mengkontruksi konsep atau prinsip tersebut.Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, disertai dengan bantuan benda-benda konkrit sehingga siswa lebih mudah mengingat ide-ide tersebut.
Dengan demikian, anak lebih mudah menerapkan ide dalam situasi nyata secara tepat.
Contoh, untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka digunakan bendabenda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus atau balok.

a). Teorema Notasi
Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Ini berarti untuk menyatakan sebuah rumus misalnya, maka notasinya harus dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti.

Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Urutan penggunaan notasi disesuaikan dengan tingkat perkembangan  kognitif anak.

b). Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman
Dikemukakan bahwa suatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami  apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain sehingga perbedaan antar konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.

Sebagai contoh untuk menyampaikan konsep bangun ruang maka pada anak diberikan beberapa gambar dan siswa menunjukkan gambar yang termasuk bangun ruang dan yang bukan merupakan bangun ruang.

c). Teorema pengaitan (Konektivitas)
Teorema ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat (isi atau rumus).

Contohnya pada penentuan luas sisi bangun ruang balok maka dibutuhkan pengetahuan siswa tentang luas persegi panjang.

Dalam penerapannya, dua teorema atau lebih dapat diterapkan secara bersamaan dalam proses pembelajaran suatu materi matematika tertentu, bergantung pada karakteristik dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan karakteristik siswa yang belajar.


F. Peranan Guru

Sebagai fasilitator tugas guru dalam  pembelajaran belajar penemuan adalah:
  1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
  2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.
  3. Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik.
  4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
  5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep.



DAFTAR PUSTAKA

Uno,Hamzah B.2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara.
Internet Th. 2013. http://badry7.blogspot.com/2013/11/makalah-teori-burner.html
Subini,Nini.2012.Psikologi Pembelajaran.Yogyakarta:Mentari Pustaka.



Cpx24.com CPM Program

0 Komentar:

Post a Comment

Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.

** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**



close
Chat