Haruskah semua manajer menjadi pemimpin ?, sebaliknya, haruskah semua 
pemimpin itu manajer? Karena belum ada yang mampu membuktikan melalui 
riset atau argumentasi penalaran bahwa kemampuan kepemimpinan merupakan 
halangan bagi manajer, kita boleh mengatakan bahwa manajer itu idealnya 
haruslah juga menjadi pemimpin. 
Oleh karena itu, definisi pemimpin adalah orang yang mampu memengaruhi orang lain dan memiliki wewenang manajerial. Lalu apa itu kepemimpinan? Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran.
Oleh karena itu, definisi pemimpin adalah orang yang mampu memengaruhi orang lain dan memiliki wewenang manajerial. Lalu apa itu kepemimpinan? Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran.
Teori kepemimpinan awal
Kepemimpinan selalu menjadi isu yang sangat diperhatikan dari awal 
orang-orang berkumpul ke dalam kelompok untuk mencapai sasaran. Akan 
tetapi, tidak sampai permulaan abad keduapuluh para peneliti mulai 
mempelajari kepemimpinan. Teori-teori kepemimpinan awal itu berfokus 
pada pemimpin (teori ciri) dan cara pemimpin itu berinteraksi dengan 
anggota kelompoknya (teori perilaku).
• Teori ciri
Riset kepemimpinan di tahun 1920-an dan 1930-an berfokus pada ciri 
pemimpin karakteristik yang mungkin digunakan untuk membedakan pemimpin 
dari  non  pemimpin. Maksudnya adalah mengisolasi saru ciri  atau lebih 
yang dimiliki pemimpin, tetapi tidak memiliki non pemimpin. Beberapa 
ciri yang  dipelajari itu meliputi postur fisik, penampilan, kelas 
social, stabilitas emosi, kecekatan berpidato, dan kemampuan 
bersosialisasi. Adapun tujuh ciri yang terkait dengan kepemimpinan yang 
efektif meliputi hasrat, keinginan memimpin, kejujuran dan 
integritas,kepercayaan diri, kecerdasan, dan pengetahuan yang  terkait 
dengan pekerjaan dan ekstraversi.
• Teori perilaku
Teori-teori kepemimpinan yang mengenali perilaku dengan membedakan 
antara pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif. Para peneliti 
berharap bahwa pendekatan teori perilaku akan memberikan jawaban yang 
lebih pasti tentang sifat kepemimpinan daripada teori ciri perilaku. Ada
 4 studi perilaku pemimpin utama yang perlu kita lihat :
1. Studi Universitas Iowa
Studi universitas iowa mempelajari tiga gaya kepemimpinan. Gaya 
otokratis menggambarkan pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang, 
mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan membatasi 
partisipasi karyawan.  Gaya demokratis menggambarkan pemimpin yang 
cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan 
wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran 
kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih 
karyawan. Gaya laissez-faire menggambarkan pemimpin yang umumnya memberi
 kelompok kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan 
pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai .
2. Studi Ohio State
Studi ohio state mengenali dua dimensi penting perilaku pemimpin.  
Dimensi yang pertama disebut pengusulan struktur, yaitu mengacu pada 
seperti apa pemimpin mendefinisikan dan menyusun peranannya dan peran 
anggota kelompok untuk mencapai sasaran. Dimensi itu meliputi perilaku 
yang mencakup usaha mengorganisasi pekerjaan, hubungan kerja, dan 
sasaran. Dimensi yang kedua disebut pertimbangan, yang didefinisikan 
sebagai seberapa jauh hubungan kerja pemimpin bercirikan saling percaya 
dan hormat terhadap ide dan perasaan para anggota kelompok. 
Kelompok Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu 
berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang 
berorientasi karyawan digambarkan menekankan hubungan antar pribadi; 
mereka memberikan perhatian pribadi ke kebutuhan para pengikutnya dan 
menerima perbedaan individu antar anggota kelompok. Pemimpin yang 
berorientasi produksi, sebaliknya, cenderung menekankan aspek teknis 
atau tugas dari pekerjaan, sangat memerhatikan penyelesaian tugas 
kelompoknya, dan menganggap anggota kelompok sebagai sarana untuk 
mencapai hasil.
Dimensi perilaku dari studi kepemimpinan awal itu menjadi dasar untuk 
pengembangan kisi-kisi dua dimensi untuk menilai gaya kepemimpinan. 
Kisi-kisi manajerial itu menggunakan dimensi perilaku “memerhatikan 
orang”dan “memerhatikan produksi”. Memerhatikan orang yaitu dengan 
mengukur perhatian pemimpin terhadap bawahan (rendah sampai tinggi). 
Memerhatikan produksi yaitu dengan mengukur perhatian pemimpin untuk 
menyelesaikan pekerjaan pada skala 1 sampai 9 (rendah sampai tinggi).
Teori Kepemimpinan Kontingensi
Dalam bagian ini kami ingin membalas empat teori kontingensi; teori Fiedler, Hershey-Blanchard, partisipasi pemimpin, dan model alur sasaran. Masing-masing melihat pendefinisian gaya kepemimpinan dan situasi serta usaha untuk menjawab kontingensi jika-maka (jika situasi saya seperti ini, maka gaya kepemimpinan terbaik yang dapat saya gunakan adalah seperti ini).
Teori Kepemimpinan Kontingensi
Dalam bagian ini kami ingin membalas empat teori kontingensi; teori Fiedler, Hershey-Blanchard, partisipasi pemimpin, dan model alur sasaran. Masing-masing melihat pendefinisian gaya kepemimpinan dan situasi serta usaha untuk menjawab kontingensi jika-maka (jika situasi saya seperti ini, maka gaya kepemimpinan terbaik yang dapat saya gunakan adalah seperti ini).
•         Model Fiedler
Model kontingensi fiedler mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya interaksi pemimpin dengan bawahannya, serta situasi yang memungkinkan pemimpin mengendalikan dan memengaruhi. Riset Fiedler menyingkapkan tiga dimensi kontingensi yang mendefinisikan factor-faktor situasi utama untuk menentukan efektifitas pemimpin, yakni :
•         Teori kepemimpinan situasional Hershey dan Blanchard Model kontingensi fiedler mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya interaksi pemimpin dengan bawahannya, serta situasi yang memungkinkan pemimpin mengendalikan dan memengaruhi. Riset Fiedler menyingkapkan tiga dimensi kontingensi yang mendefinisikan factor-faktor situasi utama untuk menentukan efektifitas pemimpin, yakni :
- Hubungan pemimpin-anggota : tingkat kepercayaan, keyakinan, dan rasa hormat bawahan terhadap pemimpin mereka; diperingkat sebagai baik atau buruk.
- Struktur tugas : tingkat formalisasi dan pemroseduran tugas-tugas kerja; diperingkat sebagai tinggi atau rendah
- Sekuasaan posisi : tingkat pengaruh pemimpin terhadap kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada kekuasaan, seperti memperkerjakan, memecat, menerbitkan, menaikkan pangkat, dan menaikkan gaji; diperingkat sebagai kuat atau lemah.
Paul Hershey dan Ken Blanchard telah membangun teori kepemimpinan yang 
memperoleh  pengikut yang kuat dari para spesialis pengembangan 
manajemen. Model yang disebut teori kepemimpinan situasional (SLT, 
situational leadership theory) itu adalah teori kontingensi yang 
berfokus pada kesiapan para pengikutnya. SLT menggunakan kedua dimensi 
kepemimpinan yang sama dengan yang disebutkan oleh Fiedler. Akan tetapi ,
 Hershey dan Blanchard melangkah lebih jauh dengan mempertimbangkan 
masing-masing sebagai tinggi atau rendah dan kemudian menggabungkannya 
ke dalam empat gaya kepemimpinan tertentu yang digambarkan sebagai 
berikut .
- Mengatakan (tugas tinggi-hubungan rendah): pemimpin mendefinisikan peran dan member tahu orang apa, bagaimana, kapan, dan di mana harus melakukan berbagai tugas.
- Menjual (tugas tinggi-hubungan tinggi): pemimpin memberikan perilaku arahan dan bantuan.
- Berpartisipasi (tugas rendah hubungan tinggi): pemimpin dan pengikutnya berbagi pengambilan keputusan; peran utama pemimpin adalah memfasilitasi dan berkomunikasi.
- Mendelegasikan (tugas rendah-hubungan rendah): pemimpin memberikan sedikit arahan atau bantuan.
•         Model partisipasi pemimpin 
Model kontingensi awal lainnya dikembangkan oleh Victor Vroom dan Philip
 Yetton adalah Model partisipasi dalam pembuatan keputusan. Model yang 
dikembangkan pada awal 1970-an itu mengatakan bahwa perilaku pemimpin 
harus disesuaikan supaya dapat mencerminkan struktur tugasnya-yang 
bersifat rutin, non-rutin, atau di antara keduanya. Model partisipasi 
pemimpin telah berubah karena berbagai  studi senantiasa memberikan 
pandangan dan pemahaman tambahan atas gaya  kepemimpinan yang efektif. 
Model terkini  mencerminkan keputusan bagaimana dan dengan  siapa dibuat
 dan menggunakan variasi dari lima gaya kepemimpinan yang sama yang 
dikenali  dengan model asli seperti berikut :
- Mengambil keputusan : pemimpin membuat keputusan sendiri dan mengumumkannya atau menjualnya ke kelompok.
- Berkonsultasi secara perorangan : pemimpin mempresentasikan masalah ke anggota kelompok secara perorangan, memperoleh nasihat mereka, dan kemudian membuat keputusan.
- Berkonsultasi secara kelompok : pemimpin mempresentasikan masalah ke anggota kelompok dalam pertemuan, memperoleh nasihat mereka, dan kemudian membuat keputusan.
- Memfasilitasi : pemimpin mempresentasikan masalah ke kelompok dalam pertemuan dan bertindak sebagai fasilitator, mendefinisikan masalah dan batas-batas keputusan yang harus dibuat.
- Mendelegasikan : pemimpin mengizinkan kelompok membuat keputusan di dalam batasan yang telah dirumuskan.
Sekarang ini, salah satu pendekatan yang paling dihargai untuk memahami 
kepemimpinan adalah teori alur-sasaran, yang menyatakan bahwa tugas 
pemimpin adalah membantu pengikut-pengikutnya mencapai sasaran mereka 
dan memberikan arahan dan dukungan yang perlu guna menjamin agar sasaran
 itu cocok dengan tujuan keseluruhan kelompok atau organisasi tersebut. 
Teori alur-sasaran yang dikembangkan oleh Robert House itu merupakan 
model kepemimpinan kontingensi yang mengambil unsur-unsur kunci teori 
pengharapan tentang motivasi. Istilah “alur-sasaran” diambil dari 
keyakinan bahwa pemimpin yang efektif itu memperjelas alur untuk 
membantu pengikut mereka berangkat dari tempat mereka berada ke 
pencapaian sasaran kerja dan membuat perjalanan melalui alur itu lebih 
mudah dengan mengurangi hambatan dan jebakan di jalan.
House mengidentifikasikan empat perilaku pemimpin sebagai berikut :
House mengidentifikasikan empat perilaku pemimpin sebagai berikut :
- Pemimpin yang direktif (mengarahkan) : member kesempatan bawahan mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka, menjadwal pekerjaan yang harus dilakukan, dan memberi bimbingan spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas.
- Pemimpin yang suportif (membantu) : bersikap bersahabat dan peduli terhadap kebutuhan bawahan .
- Pemimpin yang partisipatif (berpartisipasi) : berunding dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum membuat keputusan.
- Pemimpin yang berorientasi prestasi : menentukan sasaran yang menantang dan mengharapkan bawahan bekerja pada tingkat yang paling tinggi.
Pendekatan terbaru pada kepemimpinan
alam bagian ini, kita ingin melihat tiga pendekatan kontemporer di bidang kepemimpinan yang mencakup kepemimpinan transformasional-transaksional , kepemimpinan kharismatis-visionari, dan kepemimpinan tim.
alam bagian ini, kita ingin melihat tiga pendekatan kontemporer di bidang kepemimpinan yang mencakup kepemimpinan transformasional-transaksional , kepemimpinan kharismatis-visionari, dan kepemimpinan tim.
•         Kepemimpinan transformasi-transaksional
Kebanyakan teori kepemimpinan yang disajikan dalam bab ini telah menggambarkan pemimpin transaksional, yaitu pemimpin yang membimbing atau memotivasi pengikutnya menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan persyaratan tugas. Namun, ada jenis pemimpin lain yang member inspirasi pengikutnya untuk bertindak melebihi kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mampu mempunyai dampak yang dalam dan luar biasa pada pengikutnya. Mereka adalah pemimpin transformasional.
• Kepemimpinan kharismatik – visioner
Jeff Bezos, pendiri dan CEO Amazon.com, adalah seseorang yang memancarkan energy, antusiasme, dan gerak. Bezos adalah pemimpin kharismatik, yakni pemimpin yang antusias dan percaya diri yang kepribadian dan tindakannya memengaruhi orang untuk berperilaku dengan cara tertentu. Kepemimpinan visioner melampaui karisma karena kemampuannya menciptakan dan menyatakan visi yang realitas, layak dipercaya, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tumbuh dan memperbaiki situasi sekarang.
• Kepemimpinan tim
Kepemimpinan makin banyak berlangsung di dalam konteks tim. Karena semakin banyak organisasi menggunakan tim, peran pemimpin dalam membimbing anggota-anggota tim menjadi semakin penting. Peranan pemimpin tim; pertama, pemimpin tim adalah penghubung dengan pihak luar. Pihak luar dapat mencakup manajemen yang lebih ata, tim internal lain, pelanggan, atau pemasok. Selanjutnya, pemimpin tim adalah penyelesaian masalah. Apabila tim itu menghadapi masalah dan minta bantuan, pemimpin tim hadir dalam rapat dan membantu mencoba memecahkan masalah itu. Ketiga, pemimpin tim adalah manajer konflik. Apabila muncul pertikaian, pemimpin membantu memproses konflik itu. Pada akhirnya, pemimpin tim adalah Pembina. Mereka memperjelas harapan dan peran,mengajar, menawarkan dukungan, memberi semangat, dan melakukan apa saja yang perlu untuk membantu para anggota tim mempertahankan tingkat kinerja mereka yang tinggi.
Isu kepemimpinan di abad kedua puluh satu
Para pemimpin diabad kedua puluh satu menghadapi beberapa isu kepemimpinan yang penting. Dalam bagian ini, kita akan melihat beberapa isu tersebut yang meliputi mengelola kekuasaan, membangun kepercayaan, memberikan kepemimpinan moral, memberikan kepemimpinan online, member wewenang pada karyawan, kepemimpinan antar budaya, perbedaan jenis kelamin dalam kepemimpinan, kematian dari kepemimpinan yang heroic, dan menjadi pemimpin yang efektif.
Kebanyakan teori kepemimpinan yang disajikan dalam bab ini telah menggambarkan pemimpin transaksional, yaitu pemimpin yang membimbing atau memotivasi pengikutnya menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan persyaratan tugas. Namun, ada jenis pemimpin lain yang member inspirasi pengikutnya untuk bertindak melebihi kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mampu mempunyai dampak yang dalam dan luar biasa pada pengikutnya. Mereka adalah pemimpin transformasional.
• Kepemimpinan kharismatik – visioner
Jeff Bezos, pendiri dan CEO Amazon.com, adalah seseorang yang memancarkan energy, antusiasme, dan gerak. Bezos adalah pemimpin kharismatik, yakni pemimpin yang antusias dan percaya diri yang kepribadian dan tindakannya memengaruhi orang untuk berperilaku dengan cara tertentu. Kepemimpinan visioner melampaui karisma karena kemampuannya menciptakan dan menyatakan visi yang realitas, layak dipercaya, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tumbuh dan memperbaiki situasi sekarang.
• Kepemimpinan tim
Kepemimpinan makin banyak berlangsung di dalam konteks tim. Karena semakin banyak organisasi menggunakan tim, peran pemimpin dalam membimbing anggota-anggota tim menjadi semakin penting. Peranan pemimpin tim; pertama, pemimpin tim adalah penghubung dengan pihak luar. Pihak luar dapat mencakup manajemen yang lebih ata, tim internal lain, pelanggan, atau pemasok. Selanjutnya, pemimpin tim adalah penyelesaian masalah. Apabila tim itu menghadapi masalah dan minta bantuan, pemimpin tim hadir dalam rapat dan membantu mencoba memecahkan masalah itu. Ketiga, pemimpin tim adalah manajer konflik. Apabila muncul pertikaian, pemimpin membantu memproses konflik itu. Pada akhirnya, pemimpin tim adalah Pembina. Mereka memperjelas harapan dan peran,mengajar, menawarkan dukungan, memberi semangat, dan melakukan apa saja yang perlu untuk membantu para anggota tim mempertahankan tingkat kinerja mereka yang tinggi.
Isu kepemimpinan di abad kedua puluh satu
Para pemimpin diabad kedua puluh satu menghadapi beberapa isu kepemimpinan yang penting. Dalam bagian ini, kita akan melihat beberapa isu tersebut yang meliputi mengelola kekuasaan, membangun kepercayaan, memberikan kepemimpinan moral, memberikan kepemimpinan online, member wewenang pada karyawan, kepemimpinan antar budaya, perbedaan jenis kelamin dalam kepemimpinan, kematian dari kepemimpinan yang heroic, dan menjadi pemimpin yang efektif.
Lima sumber kekuasaan pemimpin telah dikenali :
- Kekuasaan legitimasi dan wewenang adalah sama. Kekuasaan legitimasi merupakan kekuasaan yang dimiliki seseorang sebagai hasil kedudukannya dalam hirarki organisasi formal.
- Kekuasaan pemaksaan adalah kekuasaan yang ada pada kemampuan pemimpin untuk menghukum atau mengendalikan.
- Kekuasaan pemberian imbalan adalah kekuasaan untuk memberikan manfaat atau imbalan positif.
- Kekuasaan keahlian adalah pengaruh yang didasarkan pada keahlian, keterampilan, khusus, atau ilmu pengetahuan.
- Kekuasaan acuan adalah kekuasaan yang muncul karena adanya sumber daya atau ciri pribadi yang dikehendaki.
Dalam lingkungan yang tidak pasti sekarang ini, pertimbangan yang 
penting bagi pemimpin adalah membangun kepercayaan dan kredibilitas. 
Kredibilitas menggambarkan pengikut-pengikut menganggap seseorang 
sebagai jujur, kompeten, dan mampu menimbulkan ilham. Sedangkan 
kepercayaan adalah keyakinan akan integritas watak dan kemampuan seorang
 pemimpin. Riset telah mengidentifikasi lima dimensi yang membentuk 
konsep kepercayaan :
- Integritas : kejujuran dan kelugasan
- Kompetensi : pengetahuan dan keterampilan teknis serta antarpribadi
- Konsistensi : keandalan, kemampuan diramalkan, dan penilaian yang baik dalam menangani situasi
- Loyalitas : kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan fisik dan perasaan seseorang
- Keterbukaan : kerelaan untuk berbagi ide dan informasi secara bebas
Topik tentang kepemimpinan dan etika secara mengejutkan hanya menerima 
sedikit perhatian. Hanya baru-baru ini para peneliti etika dan 
kepemimpinan mulai mempertimbangkan dampak etika dalam kepemimpinan. 
Mengapa sekarang? Satu alasan yang mungkin adalah makin besarnya minat 
umum dalam etika di seluruh bidang manajemen. Ketika orang-orang 
mendengar tentang pelanggaran keuangan, tidak heran karyawan menuntut 
pemimpin perusahaan harus melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam 
memberikan kepemimpinan moral dan etika. Etika adalah bagian dari 
kepemimpinan dalam berbagai cara. Misalnya, pemimpin transformasional 
membidani sifat moral ketika mereka berusaha untuk mengubah sikap dan 
perilaku para bawahannya.
• Memberikan kepemimpinan online
Dalam lingkungan virtual, pemimpin mungkin perlu mempelajari keahlian 
komunikasi baru agar tampak efektif. Untuk menyampaikan kepemimpinan 
online secara efektif, manajer harus menyadari bahwa mereka mempunyai 
pilihan dalam kata-kata, struktur , nada dan gaya komunikasi digitalnya 
dan waspada terhadap ekspresi emosi. Salah satu tantangan dalam 
kepemimpinan online adalah mengelola  kinerja. Bagaimana caranya? Dengan
 mendefinisikan, memfasilitasi, dan mendorongnya. Ketika pemimpin 
mendefinisikan kinerja, adalah penting untuk memastikan semua anggota 
tim virtual memahami tujuan ini, tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan
 itu, dan bagaimana pencapaian tujuan akan dinilai. Pemimpin online juga
 harus bertanggung jawab untuk memfasilitasi kinerja. Ini berarti 
mengurangi atau menghapuskan hambatan untuk kinerja yang sukses dan 
memberikan sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. 
Akhirnya, pemimpin online bertanggung jawab untuk mendorong kinerja 
dengan memberikan imbalan yang layak yang benar-benar dihargai oleh 
karyawan virtual.
Para manajer semakin banyak memimpin melalui pemberdayaan karyawan 
mereka. Pemberdayaan meliputi meningkatkan keleluasaan pengambilan 
keputusan bagi para karyawan. Berjuta-juta karyawan dan tim karyawan 
membuat keputusan operasi utama yang langsung memengaruhi pekerjaan 
mereka. Mengapa semakin banyak perusahaan memberdayakan karyawannya? 
Salah satu alasannya adalah perlunya keputusan cepat oleh mereka yang 
paling mengetahui permasalahan-sering mereka adalah orang di tingkat 
organisasi yang lebih rendah.
• Kepemimpinan antar budaya
Kesimpulan umum yang muncul dari riset kepemimpinan ialah para pemimpin 
yang efektif tidak menggunakan satu gaya saja. Mereka menyesuaikan gaya 
dengan situasinya. Meskipun tidak disebut secara tegas, budaya nasional 
tentu merupakan variabel situasi yang penting dalam menentukan gaya 
kepemimpinan yang paling efektif. Budaya nasional dapat memengaruhi 
kepemimpinan karena memengaruhi cara bawahannya merespon. Pemimpin tidak
 dapat (dan tidak seharusnya) memilih gaya sesuka hati. Mereka dibatasi 
oleh kondisi budaya yang dianut bawahannya. Beberapa orang menganjurkan 
daya tarik universal dari karakterisktik pemimpin transformasional ini 
diperlukan untuk menekan menuju teknologi yang umum dan praktik 
manajemen, sebagai akibat dari daya saing global dan pengaruh 
multinasional.
• Perbedaan jenis kelamin dan kepemimpinan
Dahulu ada masa ketika pertanyaan, “apakah kaum pria dan kaum wanita itu
 memimpin dengan cara yang berbeda?”dapat dengan tepat dicap sebagai 
masalah yang sangat akademis-menarik, tetapi tidak terlalu relevan. Hal 
itu jelas tidak berlaku lagi sekarang! Berjuta-juta kaum wanita sekarang
 ini menduduki posisi manajemen. Berjuta-juta lagi akan terus bergabung 
ke jajaran manajemen. Sejumlah kajian telah memusatkan perhatian pada 
gender dan gaya kepemimpinan telah diselenggarakan dalam tahun-tahun 
belakangan ini. Kesimpulan umumnya ialah bahwa pria dan wanita memang 
menggunakan gaya yang berlainan. Lebih khusus, kaum wanita cenderung 
menempuh gaya yang lebih demokratis atau partisipatif dan kurang 
otokratis atau direktif disbanding gaya kaum pria. Kaum wanita lebih 
cenderung mendorong keikutsertaan , berbagai informasi dan kekuasaan dan
 berusaha meningkatkan harga diri para bawahan. Jadi walaupun gaya 
kepemimpinan pria dan wanita berbeda , kita sebaiknya jangan menganggap 
bahwa salah satu selalu lebih disukai daripada yang lain.
Pemimpin bisnis tampaknya kehilangan kemasyhurannya. Kapan dan bagaimana
 pemimpin perusahaan beralih dari visioner, pahlawan yang dikenang 
selama hidup yang terkenal hampir seperti bintang rock, menjadi 
dimaki-maki seperti penjahat. Kematian pandangan “pemimpin yang  heroic”
 di abad kedua puluh satu disebabkan oleh arogansi, ketamakan, dan 
hype.  Tapi pada kenyataannya, pemimpin perusahaan seharusnya jangan 
pernah dianggap sebagai pahlawan super pada awalnya. Mereka tak 
mempunyai semua jawaban. Dan mereka tentu tak dapat  menjalankan 
perusahaan sendirian. Mitos “CEO penyelamat” yang dapat sendirian 
meluaskan dan memperkaya perusahaan hanyalah suatau mitos berdasar pada 
ide yang mempunyai visi dan kemampuan untuk mengilhami orang lain untuk 
mencapai visi yang membuat CEO bernilai ratusan juta dolar yang dibayar 
oleh mereka. Walaupun pemimpin heroic ini mungkin tak nyata, ini tak 
berarti CEO tak berkaitan. Malahan, peranan sebagai pemimpin 
organisasional perlu diubah.
• Menjadi pemimpin yang efektif
Organisasi memerlukan pemimpin yang efektif. Dua hal yang berhubungan 
untuk menjadi pemimpin yang efektif adalah pelatihan pemimpin dan 
menyadari bahwa kadang kala menjadi pemimpin yang efektif berarti tak 
memimpin.
Organisasi di seluruh dunia menghabiskan miliaran dolar, yen, dan euro 
pada pelatihan kepemimpinan dan pengembangan. Walaupun banyak uang telah
 dihabiskan untuk pelatihann dan memberikan keuntungan berlipat ganda, 
ulasan kita menganjurkan bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan 
manajer untuk memperoleh efek yang maksimal dari pelatihan kepemimpinan.
 Pertama, mari kita kenali yang nyata. Beberapa orang tak mempunyai apa 
yang diperlukan untukmenjadi seorang pemimpin. Contohnya, bukti 
menunjukkan bahwa pelatiihan kepemimpinan cenderung lebih sukses pada 
seseorang yang dapat memonitor dirinya sendiri dengan baik daripada 
mereka yang kurang baik dalam memonitor dirinya sendiri. Orang-orang 
semacam itu mempunyai keluwesan untuk mengubah perilaku mereka ketika 
ada situasi yang berbeda . Selain itu, organisasi dapat menemukan bahwa 
orang-orang dengan tingkat ciri yang lebih tinggi yang disebut motivasi 
untuk memimpin lebih dapat diterima pada peluang pengembangan 
kepemimpinan.
2. Kadang-kadang kepemimpinan itu tidak relevan
Pendapat bahwa beberapa gaya kepemimpinan tertentu akan senantiasa 
efektif tanpa memerhatikan situasinya mungkin tidak  benar. Kepemimpinan
 mungkin tidak senantiasa penting ! Data dari banyak studi menunjukkan 
bahwa, dalam banyak situasi, setiap perilaku yang disampaikan oleh 
pemimpin tidaklah relevan. Dengan kata lain, individu, jabatan, dan 
variabel organisasi tertentu dapat berfungsi sebagai “pengganti 
pemimpin”, menyangkal pengaruh itu. Misalnya, karakteristik bawahan 
seperti pengalaman, latihan, orientasi “profesional,” atau kebutuhan 
akan kebebasan dapat menetralisir pengaruh pemimpin. Karakteristik itu 
dapat menggantikan kebutuhan bawahan akan dukungan atau kemampuan 
pemimpin menciptakan struktur dan mengurangi ambiguitas tugas. Demikian 
juga, pekerjaan-pekerjaan yang pada dasarnya tidak ambigu dan rutin atau
 yang secara instrinsik memuaskan akan menuntut sedikit saja variabel 
kepemimpinan itu. Akhirnya, karakteristik organisasi, seperti sasaran 
formal yang tegas, prosedur, dan peraturan yang kaku, atau kelompok 
kerja yang erat dapat berfungsi menggantikan kepemimpinan formal.
.png)











0 Komentar:
Post a Comment
Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.
** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**