TEORI KEPEMIMPINAN

Tuesday, April 2, 2013

print this page
send email
I. PENGERTIAN

Definisi kepemimpinan menurut seorang pakar manajemen Kreitner, adalah proses mempengaruhi sekelompok orang dengan tujuan untuk menciptakan keikutsertaan mereka secara sukarela dalam upaya mencapai tujuan perusahaan

Paul Hersey, seorang tokoh dan penulis buku the Situational Leader menyebut Kepemimpinan adalah segala upaya atau usaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain secara individu maupun kelompok.

Kedua definisi tersebut meski agak berbeda, namun saling melengkapi. Definisi pertama menekankan pada unsur keikut sertaan tanpa paksaan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan yang kedua, menekankan pada usaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan.

Seorang pemimpin, menurut pengertian di atas, harus memadukan unsur-unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri-ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.

Ada pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal, memiliki kekuasaan dan kekuatan formal yang ditentukan oleh organisasi. Sedangkan pemimpin informal, walaupun tidak memiliki legitimasi kekuatan dan kekuasaan resmi, namun memiliki kemampuan mempengaruhi yang besar, yang disebabkan oleh kekuatan pribadinya.


II. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

1. Teori Genetik (Genetic Theory)
Penjelasan kepemimpinan yang paling tua adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dad orang tuanya.

2. Teori Sifat (Trait Theory)
Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social.

Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif.

Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam :
A.    Kemampuan Intelektual
B.    Kematangan Pribadi
C.    Pendidikan
D.    Status Sosial dan Ekonomi
E.    “Human Relations”
F.    Motivasi Intrinsik dan
G.    Dorongan untuk maju (achievement drive).

Ronggowarsito, menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki Hastabrata, yakni delapan sifat unggul seorang pemimpin yang dikaitkan dengan sifat-sifat alam.

1)    Bagaikan surya
  • Menerangi dunia dan memberi kehidupan
  • Menjadi penerang dan pembuat senang.
  • Arif, jujur, adil dan rajin bekerja, sehingga negara aman sentausa.

2)    Bagaikan candra atau rembulan
  • Memberikan cahaya penerangan dan keteduhan pada hati yang tengah dalam kesulitan.
  • Bersifat melindungi, sehingga setiap orang dapat tekun menjalankan tugas masing-masing.
  • Memberikan udara ketenangan.

3)    Bagaikan kartika atau bintang
  • Menjadi pusat pandangan, selaku sumber kesusilaan
  • Menjadi kiblat ketauladanan dan sumber pedoman.

4)    Bagaikan mega atau awan
  • Menciptakan kewibawaan
  • Mengayomi meneduhi sehingga semua tindakannya menimbulkan ketaatan.

5)    Bagaikan bumiTeguh dan kokoh pendiriannyaBersahaja dalam ucapannya.

6)    Bagaikan samudraLuas pandangan, lebar dadanyaDapat membuat rakyat seia sekata.

7)    Bagaikan hagni atau apiAdil, menghukum tanpa memandang buluYang salah menjalankan hukuman, yang bajik mendapat pahala.

8)    Bagaikan bayu atau anginAmbeg adil dan jujurTerbuka, tidak ragu-ragu

9)    Berdasarkan penjelasan di atas, maka karakter istimewa yang harus dimiliki oleh seseorang, mencakup karakter bawaan (inborn) dan karakter yang diperoleh dan dikembangkan kemudian.

3. Teori Perilaku (The Behavioral Theory)
Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”, para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan.
Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.

4. Situasional Leadership
Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif.
 
Dalam “situational leadership” pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat.

Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada.

Empat dimensi situasi yakni kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang.

Dimensi situasi tersebut secara skematis digambarkan sebagai berikut:

— Kemampuan Manajerial
Merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan seseorang. Kemampuan manajerial meliputi kemampuan teknikal, kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penilaian terhadap “reward” yang disediakan oleh perusahaan.

— Karakteristik Pekerjaan.
Merupakan unsur kedua terpenting yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.

Pekerjaan yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat untuk berprestasi dibanding pekerjaan rutin yang membosankan. Juga tingkat kerja sama kelompok yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan akan sangat mempengaruhi efektivitas seorang pemimpin.

— Karakteristik Organisasi
Budaya Korporat, kebijakan dan birokrasi bisa membatasi gaya kepemimpinan seorang manajer. Juga bila di dalam suatu organisasi banyak terdapat profesional dan kelompok ahli. maka gaya kepemimpinan yang efektif tentu berbeda dengan organisasi perusahaan yang terdiri dari para pekerja kasar.

— Karakteristik Pekerja
Meliputi kepribadian, kebutuhan, pengalaman dari para pegawai akan mempengaruhi efektivitas kepemimpinan manajer.
Karena pendekatan kontingensi ini menekankan pentingnya penyesuaian terhadap situasi, maka seorang pemimpin harus menghayati sepenuhnya kenyataan adanya perbedaan individual yang ada pada setiap pegawai. Motivasi pegawai yang sangat mempengaruhi motivasi kerja perlu mendapatkan perhatian dari setiap pemimpin.

5. Transformational Leadership
Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang mencoba “menghidupkan” kembali teori “trait” atau sifat-slfat utama yang dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin.

Robert House menyampaikan teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya. Dengan mengandalkan kharisma, seorang pemimpin yang “transformational” selalu menantang bawahannya untuk melahirkan karya-karya yang istimewa.

Langkah yang dilaksanakan pada umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya, bagaimana sangat pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggauta kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga dapat menghasilkan karya yang inovatif serta luar biasa.

Pemimpin transformational, seperti Lee Iacocca dari perusahaan automotif Chrysler atau Jack Welch dari General Electric (GE), adalah pemimpin-pemimpin yang kharismatik yang merangsang dan mengarahkan bawahannya untuk melakukan perubahan-perubahan di perusahaan mereka masing-masing.

Dalam merangsang perubahan dan inovasi, pemimpin tipe ini memberikan gambaran akan pentingnya melakukan sesuatu yang baru dan di atas standar yang direncanakan. Sehingga fungsi pemimpin adalah merangsang kreativitas dan pertumbuhan.

Menurut pencetus teori ini, pemimpin “transformational” adalah sangat efektif karena memadukan dua teori yakni teori “behavioral” dan “situational” dengan kelebihan masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya.

Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma.

Seorang pemimpin, menurut pengertian di atas, harus memadukan unsur-unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri-ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.

Ada pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal, memiliki kekuasaan dan kekuatan formal yang ditentukan oleh organisasi. Sedangkan pemimpin informal, walaupun tidak merniliki legitimasi kekuatan dan kekuasaan resmi, namun memiliki kemampuan mempengaruhi yang besar, yang disebabkan oleh kekuatan pribadinya.


III. PENUTUP

Perkembangan jaman, perubahan lingkungan dan dinamika organisasi merupakan faktor-faktor yang dominan di dalam pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat guna dan berhasil guna.

Teori kepemimpinan yang paling awal, mengkaitkan kepemimpinan dengan bakat dan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh secara herediter dan kemudian diturunkan lagi ke anak-anaknya. The Great Man Theory, atau Born to be a leader adalah ungkapan-ungkapan yang mewakili teori ini.

Dengan demikian, maka kemampuan seorang pemimpin sudah terberi sejak lahir, tidak perlu dipelajari lagi. Dan efektivitas seorang pemimpin tergantung kwalitas karakter pemimpin. Pandangan berikutnya, kepemimpinan dihubungkan dengan dua dimensi pola perilaku pemimpin yakni “iniating structure” yang berorientasi pada produksi dan “consideration” yang berorientasi pada manusia. Pemimpin yang efektif adalah orang yang mampu memadukan kedua dimensi di atas.

Menurut pendekatan situasional, pemimpin yang efektif tergantung pada situasi khusus seperti hubungan antara pemimpin dan bawahan, struktur pekerjaan, kebutuhan bawahan serta tingkat kematangan dan kesediaan bawahan.

Saat ini, gaya kepemimpinan kontingensi (situasional) sangat populer karena lebih rasional, fleksibel dan bisa dipelajari serta diterapkan pada hampir segala situasi. Namun, akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk menengok kembali pada “trait” atau karakter istimewa yang harus dimiliki oleh seseorang, misalkan kharisma.

John Kotter, mengatakan bahwa kepemimpinan yang efektif pada tingkat manajemen senior memerlukan pengetahuan yang luas tentang dunia usaha, kedekatan dengan bawahan, reputasi yang tak tercela, memiliki pengalaman yang kuat, integritas yang tinggi, enerjetik dan memiliki kemauan yang keras untuk memimpin.

Pemimpin tipe-tipe ini, juga harus mampu mengantisipasi kondisi yang akan datang, membangun citra perusahaan dan budaya korporat, serta mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi yang optimal. Untuk menjadi pemimpin yang efektif di masa mendatang diperlukan persyaratan yang lebih komplek.




Cpx24.com CPM Program

1 Komentar:

Pemberitahuan :
Mohon maaf apabila komentar Sobat dari Facebook tidak bisa saya jawab semua, dikarenakan sulit untuk memoderasi komentar dari Facebook, bila sobat ada pertanyaan yang ingin lansung saya jawab, silakan Sobat berkomentar dari id Blogger.

** Jika anda terbantu dengan apa yang ada di blog ini jangan lupa untuk IZIN COPAS dan Ucapan Terimasih pada kotak komentar di bawah.**



close
Chat